Kamis, 12 Januari 2012

"...the last one standing..."


Because…I always gonna be the last one standing…
Lagi-lagi saya berpikir, berpikir dan berpikir lagi (sepertinya hobi saya memang berpikir…hehehehe…). Seandainya di KTP bisa nulis pekerjaan sesukanya, pasti disana saya akan menulis pekerjaan saya sebagai seorang pemikir (atau bahasa kerennya Thinker), tapi yang positif saja, jadinya pekerjaan saya bisa disebut “Positive Thinker”. Kali ini saya kembali lagi memikirkan tentang kehidupan yang saya jalani (materinya agak berat nih…hehehe…). Hidup saya, hidup anda, hidup kita, hidup kalian dan hidup mereka, berpikir tentang kehidupan saya yang mungkin berkaitan dengan hidup anda, kita, kalian dan mereka. Benar juga kata orang-orang dari jaman dulu, berkata bahwa hidup itu memang butuh perjuangan, butuh keberanian membuat suatu pilihan, butuh keikhlasan untuk menerima suatu kosekuensi keputusan.
Hidup adalah fase sebelum kematian, hidup adalah sekedar numpang lewat, hidup adalah perjuangan tanpa henti, hidup adalah bla…bla…bla…bla…, banyak orang mengartikan hidup dan kehidupan sesuai dengan cara berpikir mereka masing-masing, dan saya masih setia menulis dengan cara berpikir saya (cara apaan emang???). Kalau bicara masalah hidup dan kehidupan sepertinya kurang seru kalau tanpa contoh nyata nih, mumpung materinya memang lagi pas, bagaimana kalau saya numpang curcol dikit (curhatan cool…ehhh…curhat colongan..hehehe…). Nanti saja di paragraf berikutnya saya sedikit cerita tentang kehidupan saya (gak bakalan curhat yang mendayu-dayu kok, SUERRR…beneran kok…boleh kan???boleh ya???Asyik…).
Begini ceritanya…*eng ing eng…jreng…jreng… Dahulu kala, di sebuah kota, hiduplah… (ups…salah cerita…), kembali ke cerita yang benar ya….Sebenarnya saya mau sedikit cerita tentang kehidupan saya, kisah masa lalu saya, hehehehee…Saya terlahir dari sebuah keluarga sedehana yang berkecukupan, Alhamdulillah yah (*ala syahrini…) kehidupan saya dan keluarga selalu saja terpenuhi, dan pada waktu kecil kebutuhan saya selalu saja terpenuhi, segala kebutuhan dan keinginan saya selalu saja mereka dapat memenuhi. Sebenarnya mulai dari jaman saya kanak-kanak saya tidak mempunyai keinginan yang aneh-aneh, tapi apapun yang saya inginkan selalu saja saya dapatkan. Kehidupan saya seperti sebuah cerita dongeng yang tetulis dengan indahnya, namun semuanya berjalan dengan begitu cepat, segalanya menjadi berubah. Saya yang biasanya hidup dengan apapun yang saya inginkan, kini harus dihadapkan dengan sebuah kenyataan hidup. Orang tua selalu mendidik anaknya untuk berjuang dan berusaha mendapatkan sesuatu, mereka berusaha mengajarkan arti dari sebuah kerja keras dan hasil yang didapatkan dari itu. Namun, saya meski belajar juga arti dari pahitnya realita kehidupan sejak dini, dengan kata lain pembelajaran kehidupan saya termasuk dalam kategori akselerasi. Kehilangan sosok seorang ibu pada usia belasan tahun merupakan pukulan yang sangatlah berat bagi seorang bocah yang masih belum tahu tentang kehidupan, seorang anak manja yang kehilangan sosok yang sangat berarti dalam kehidupannya. Percepatan-percepatan yang saya alami sangatlah tidak mudah untuk usia saya pada saat itu, namun Tuhan berkehendak lain, saya diberi kepercayaan lebih untuk belajar lebih cepat dari anak usia kebanyakan. Itu sisi positif yang baru saya dapatkan artinya sekarang, namun dulu saya berpendapat lain, saya berpendapat Tuhan memberikan cobaan dan ujian yang tak seharusnya untuk saya, saya berpendapat bahwa Tuhan tak adil bagi keluarga saya.
Cukuplah cerita sekilas saja, tak perlu dibahas lebih lanjut, nanti malah seperti sinetron kejar tayang yang serinya sampai enam atau sepuluh..heheheheeee…. Kita ambil saja sebuah makna dari permasalahan-permasalahan diatas. Intinya bocah manja tadi yang terbiasa kebutuhan dan keinginannya terpenuhi dihadapkan pada sebuah kenyataan yang tak sesuai dengan keinginan yang dia harapkan, dapat disimpulkan juga bocah itu yang tak terbiasa dengan penolakan harus mulai belajar dari makna sebuah kehidupan, makna yang hanya bisa dia dapatkan dari kehidupan yang dijalaninya. Saya belajar bahwa kenyataan tak selamanya seperti yang kita harapkan, saya belajar bahwa Tuhan tidak selamanya memberikan keinginan kita, Tuhan hanya akan memberikan apa yang kita butuhkan, dan Tuhan lebih tahu apapun yang kita butuhkan daripada kita sendiri, karena Dia Sang Maha Mengetahui.
Namanya belajar dalam kelas akselerasi harusnya naik kelas dan lulusnya lebih cepat dong? Pastinya…saya sekarang sudah naik kelas dan belajar lagi banyak hal tentang kehidupan di kelas saya yang baru. Saya harus bisa menghadapi ujian dengan tingkat kesulitan yang lebih berat dan lebih sulit daripada ujian saya di usia saya belasan tahun dulu. Guru dan dosen kehidupan saya pun lebih memiliki tingkat  kapabilitas yang lebih dari sebelumnya. Saya akan senantiasa belajar, berjuang dan takkan menyerah dengan segala apapun ujian yang akan diujikan kepada saya. Karena saya yakin dan pasti akan bisa menghadapi segala sesuatunya dengan baik. Saya akan menjadi yang terakhir dalam sebuah perjuangan. Saya seorang pejuang, dan saya akan berjuang sampai akhir… I always gonna be the last one standing…(my_fandora, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar