Minggu, 10 Februari 2019
Pendidik dan Terdidik
Jumat, 08 Februari 2019
Beda Yang Menjadikan Pelangi Itu Indah
Tahun 2019 merupakan tahun politik, semua orang menyuarakan pilihan terhadap sikap politik mereka. Pemilihan Presiden dan wakil rakyat masih 17 April 2019, namun atmosfirnya sudah mulai terasa sejak tahun kemarin. Yang paling menarik adalah pemilihan Presiden. Ini adalah babak kedua pertarungan dua calon presiden yang sebelumnya pernah bertarung di 2014. Tapi tidak dengan Calon Wakil Presiden mereka. Para Cawapres adalah Kandidat baru yang mewakili representatif yang berbeda.
Ada KH. Ma'ruf Amin yang merupakan sosok representasi dari kaum agamis di Indonesia. Berbeda dengan kubu satunya lagi, cawapresnya merupakan sosok pengusaha muda yang enerjik, Sandiaga Uno, lebih dikenal sebagai panutan pengusaha yang sukses pada waktu muda. Kedua sosok ini adalah kader terbaik dari bangsa Indonesia. Para pejuang Indonesia yang senantiasa memberikan kontribusi luar biasa untuk Indonesia.
Untuk calon presiden memang pilihannya masih sama dengan 2014 yang lalu, tapi cawapresnya yang mampu memberikan alternatif pilihan. Pangsa pasar Indonesia memang sangat menarik, bagaimana rakyat Indonesia akan memilih pemimpinnya. Ini akan jadi suatu hal yang memang sulit diprediksi. Berbeda ketika zaman SBY ketika bertarung merebutkan kekuasaan di periode kedua, SBY jelas dan pasti memenangkan pertarungan itu.
Pendapat pribadi saya mengatakan hasil Pilpres ini akan memberikan gambaran pangsa pasar Indonesia seperti apa. Masyarakat Indonesia lebih pintar pada hari ini, semua bisa mencari informasi dengan mudah, akses informasi sudah tak terbatas lagi. Masyarakat sekarang tidak mudah dibohongi, tidak mudah diberikan janji-janji palsu. Mereka paham dengan keadaan, mereka tahu apa yang mereka butuhkan, mereka juga mengerti apa yang harus mereka lakukan.
Kamis, 07 Februari 2019
Mental apa Moral
Lelucon di dunia maya sekarang semakin absurd, bukan karena konten yang dibuat, tapi lebih ke tindakan para masyarakat micin jaman sekarang. Istilah baru yang menggambarkan kebobrokan moral dan mental masyarakat di negara berflower ini. Negara berflower? Maksud yang disampaikan adalah negara berkembang, kembang diplesetkan menjadi flower, ada-ada aja netizen zaman sekarang.
Sekarang lagi viral lagi adalah kejadian seekor Hulk pubertas yang ditilang dan merusak motor yang dikendarai. Hulk ini tidak terima ditilang oleh polisi, dia memilih merusak dan menghancurkan motor yang dikendarainya. Usut punya usut, motor tersebut katanya punya ceweknya. Dan kembali beredar viral video Sang Hulk Pubertas membakar STNK Motor, entahlah apa yang terjadi.
Saya tidak paham betul kejadiannya seperti apa, namun ini sudah menjadi hal-hal konsumsi publik yang tidak baik. Seperti apa mental bangsa kita? Apakah ini menggambarkan mental pemuda zaman sekarang? Generasi muda katanya penerus bangsa, apakah bangsa ini akan diteruskan oleh orang-orang macam mereka? Jawabannya seharusnya ada pada kita.
Apakah perilaku Hulk Pubertas ini salah? Jelas sekali salah, tapi dia juga tidak bisa disalahkan begitu saja, polisi yang menanganinya juga berperan penting dalam kesalahan ini. Seharusnya polisi tidak membiarkan hal itu terjadi. Mereka ini membuat suatu konten viral? Demi apa? Popularitas? Hal yang viral? Ayolah berpikir positif, kalian menyebar hal seperti itu bukan akan menjadi lelucon nasional saja, kalian telah berperan aktif dalam menghancurkan moral dan mentalitas bangsa.
Hulk Pubertas itu tidak seharusnya dibiarkan melakukan tindakan seperti itu, apalagi polisi malah berusaha mengabadikannya. Pak Polisi yang terhormat mempunyai pilihan untuk mencegah tindakan itu, bahkan paling sederhana bisa mengkategorikan tindakan itu sebagai tindakan mengganggu kepentingan umum. Mereka bisa mengamankan Hulk Pubertas ini. Tapi Pak Polisi lebih memilih mengabadikan hal ini demi konten viral yang spektakuler.
Apa yang salah dengan Negara Berflower ini? Apakah moralnya sudah rusak? Apakah mentalnya sudah kacau?
Selalu Belajar
Hari ini saya mulai belajar lagi, mulai kembali menguji keikhlasan hati. Dari dulu memang kita senantiasa belajar pada kehidupan. Belajar tentang banyak hal yang ada di sekitar kehidupan kita. Apa yang terjadi pada kita maupun terjadi pada orang lain.
Ikhlas adalah puncak ilmu yang katanya sulit untuk dipelajari, apalagi untuk diterapkan. Namun banyak sebagian orang merasa bahwa ikhlas itu adalah perjuangan. Kita sering mendapati hal-hal yang memang tidak kita inginkan. Hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Disitulah keilmuan kita tentang sebuah keikhlasan diuji.
Ujian ikhlas memang datang kapan saja dan dimana saja, ujiannya bisa serta merta datang tanpa diduga sebelumnya. Datang tanpa undangan dan tanda-tanda tertentu.
Hari ini saya kembali diberi kesempatan mencoba mempraktekkan kembali ilmu ikhlas yang telah saya pelajari selama ini. Ilmu yang bertahun-tahun yang lalu mulai saya pelajari dan terapkan. Akhirnya hari ini ilmu itu kepakai lagi.
Kehilangan sesuatu yang kita cintai tidaklah mudah, hal itu memang tidak bisa kita ukur dengan takaran materi. Sesuatu yang mulai kita sayangi, yang mulai kita cintai telah menjadi salah satu bagian dalam hidup kita, namun ketika itu diambil oleh yang menitipkan kita harus segera bisa untuk mengikhlaskannya.
Berbagi dengan banyak orang, belajar bersama dengan banyak pemikiran adalah hal-hal yang mulai saya sukai. Kegiatan tersebut malah lebih dari sekedar suka, saya mulai mencintai kegiatan tersebut.
Namun kegiatan itu mulai diambil dalam kehidupan saya, yang biasanya tiap semester saya mempunyai jam rutin untuk mengajar, sekarang sudah tidak lagi. Yang biasanya saya bisa berbagi ilmu dan pemikiran, sekarang sudah tidak bisa lagi.
Tapi tidak bisa laginya hanya di kampus itu saja, saya masih punya banyak media untuk senantiasa berbagi. Masih banyak cara saya untuk senantiasa bertukar pikiran dengan banyak orang. Hal itu yang harus saya mulai dengan serius (fandora, 2019)