Sabtu, 22 Januari 2011

Ikhlas?

Sebenarnya niat awal saya ingin menulis dengan judul “Cinta itu Ikhlas”, tapi sepertinya tulisan saya yang itu dipending dulu saja. Sepertinya kita bahas saja dahulu ikhlas itu apa, sehingga ketika saya menuliskan oretan yang berjudul “Cinta itu Ikhlas” kita sudah sedikit banyak saling berbagi ilmu ikhlas satu sama lain.

Kata “Ikhlas” merupakan kata yang ajaib. Setiap orang pernah mendengar kata ini. Seringkali kata ini diucapkan seseorang kepada kita saat kita kehilangan sesuatu yang kita miliki, dimana suatu hal yang kita miliki lenyap atau hilang dari hidup kita. Sebenarnya apa sih yang dinamakan ikhlas? Sebenarnya kata ini sangat sederhana dan penuh makna, ilmu ikhlas adalah ilmu yang sangat mudah, ilmu ikhlas juga ilmu yang sangat sulit. Ikhlas sulit menjadi bagian dari kita, dan ikhlas juga terkadang tanpa kita sadari sudah menjadi bagian dari kita. Semua orang bisa dengan mudah berbuat ikhlas, dan semua orang pun kadang sulit berbuat ikhlas. Keikhlasan seseorang tak mampu dinilai oleh siapa pun, bahkan tekadang kita sendiri kesulitan menilai sejauh mana kita mengikhlaskan sesuatu. 

Ikhlas identik dengan kita kehilangan sesuatu, ikhlas juga identik dengan sebuah permasalahan. Permasalahan disini dapat diartikan ketika sesuatu tak berjalan dengan apa yang kita inginkan. Satu-satunya jalan adalah dengan mengikhlaskan semua keinginan atau kehilangan kita.

Waduh…berat juga ngomongin ilmu ikhlas, tapi mau gimana lagi? Saya ingin berbagi dengan kalian semua tentang apa itu ilmu ikhlas. Saya sendiri masih belajar dan belajar apa yang dinamakan ilmu ikhlas. Saya masih belajar banyak bagaimana mengikhlaskan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Saya masih belajar banyak tentang ikhlas ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat kita sayangi atau kita cintai. Sebenarnya kita bersikap ikhlas bukan hanya saat kita kehilangan sesuatu, kita mesti bersikap ikhlas setiap saat dan setiap waktu. 

Sebelum saya lanjutkan, saya mau meminta maaf dulu kalau seandainya tulisan ini ada yang salah, soalnya saya masih belajar ilmu ikhlas. Saya juga mengharapkan koreksi dari teman, saudara, atau siapa pun yang membaca tulisan ini kalau seandainya tulisan saya ini ada yang kurang atau perlu diperbaiki atau ditambahi.

Sebenarnya ikhlas itu tergantung dari diri kita sendiri, sejauh mana kita dapat menyikapi sesuatu. Sejauh apa yang kita bisa melepaskan keinginan-keinginan yang sudah tidak bisa kita dapatkan lagi dan keinginan yang masih kita impikan. Mengapa saya disini menulis keinginan yang sudah tidak mungkin kita dapatkan dan keinginan yang masih kita impikan? Ikhlas bukan hanya berbicara tentang kita merelakan sesuatu yang tidak mungkin kita miliki lagi, ikhlas juga berbicara mengenai suatu hal yang yang masih menjadi impian terbesar kita. Suatu hal yang kita yakini akan terwujud, suatu mimpi terbesar kita yang selalu ada dalam diri kita.

Kita harus bisa mengikhlaskan segala keinginan kita dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, kita harus bisa bekerja sama dalam meraih impian yang masih selalu kita impikan dan kita yakini akan meraihnya. Bekerja sama dengan Allah SWT, berkolaborasi dalam meraih impian tersebut. Kita berusaha dan bekerja keras mengupayakan segala sesuatunya dalam mewujudkan mimpi tersebut dan segera mengingkhlaskan mimpi tersebut kepada Allah SWT melalui doa-doa kita. Ikhlas sebenarnya akan membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan kita, jika kita bersikap ikhlas kita akan selalu hidup dengan diselimuti hati yang tenang dan bahagia.

Salah satu dari teman saya bertanya kepada saya tentang perbedaan ikhlas dengan kalimat “Ya…sudahlah”, pertama saya bingung menjawab pertanyaan itu, saya takut salah memberikan jawaban atas pertanyaan yang nyatanya memang sangat sulit untuk menjawabnya. Dulu saya bingung memberikan jawaban kepada teman saya, saya hanya memberikan gambaran bahwa ikhlas yang kita lakukan adalah setelah kita berusaha sampai titik optimal. Jadi setelah kita berusaha menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan kita, apapun hasilnya kita mesti mengikhlaskan segala sesuatunya. Kalimat “Ya…sudahlah”, sebenarnya bisa dikatakan bagian dari sebuah keikhlasn bila kalimat tersebut tidak dibumbui dengan perasaan pesimistis dan patah semangat. Kalimat tersebut bisa dikategorikan kedalam keikhlasan jika ada unsur merelakan sesuatu hal apapun hasilnya yang sudah kita upayakan semaksimal mungkin.

Dahulu saya sempat berbincang dengan seorang teman yang sedang mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Sepertinya dia datang dengan membawa setumpuk kantong besar permasalahan di pundaknya. Sebagai seorang terapis dan seorang teman yang baik saya berusaha semaksimal mungkin membantunya, berusaha menanganinya secara obyektif dan membantunya menyelesaikan masalah semampu yang saya bisa. Di akhir sesi saya berbicara sebagai seorang teman dengannya, saya berbagi ilmu keikhlasan kepada teman saya, saya menyarankan dia akan berusaha berjuang dan mendapatkan keikhlasan tersebut. Kemudian teman saya berbicara lirih kepada saya, “Saya ingin menjadi ahli ikhlas seperti kamu”, saya hanya tersenyum kecil menanggapi pernyataan dari teman saya. Saya pun menjelaskan kepadanya, ikhlas itu ilmu yang sangat mudah dan sangat sulit sekali, saya bukan ahli ikhlas, saya hanya seorang “Pejuang Ikhlas”, hanya orang yang tidak ikhlas mengatakan dia adalah ahli ikhlas, padahal ikhlas itu perlu diperjuangkan. Keikhlasan kadang sudah kita dapatkan dan kita rasakan dalam kehidupan, namun untuk mempertahankan keikhlasan tersebut kita harus selalu memperjuangkannya. Kita harus mampu mengalahkan diri kita dan lingkungan hidup kita dalam mempertahankan keikhlasan itu. Setiap hari kita berusaha memperoleh dan mempertahankan keikhlasan, berusaha untuk mencapai titik keikhlasan yang akan membawa ketenangan dalam kehidupan kita.

Para pejuang ikhlas akan selalu belajar ilmu ikhlas dari siapa pun dan dimana pun dia berada, orang yang bergelar profesor pun kadang bukan seorang pejuang ikhlas yang hebat, dia mungkin  hanya memiliki sedikit ilmu ikhlas. Kadang orang yang tidak mempunyai kedudukan tinggi adalah seorang pejuang ikhlas yang hebat, seorang yang sangat hebat dalam memperoleh dan mempertahankan keikhlasan. Ilmu ikhlas dapat dipelajari dimana dan kapan pun, ilmu ikhlas dapat dipelajari dari siapa pun, bahkan ketika kamu sedang berada di jalanan kamu dapat belajar dari orang-orang disekitar tentang ilmu ikhlas. (my fandora,2011)

in memory

Suatu malam saya dikejutkan oleh sebuah berita yang menyedihkan, beberapa teman memberi kabar buruk kepada saya. Kabar meninggalnya salah satu pengajar favorit saya di Universitas, meninggalnya seorang dosen sekaligus seorang yang selalu bersemangat membangkitkan moral anak didiknya untuk berkembang. Saya masih merasa sangat terpukul dengan berita kepergian beliau, saya masih tidak percaya dengan berita itu, meskipun ada beberapa teman memberi kabar, meskipun beberapa status facebook teman memberitakan kepergian beliau, saya masih sulit menerima kenyataan itu.

Mengapa kepergian beliau harus secepat itu? Saya masih ingat cara beliau mengajar, cara mengajarnya yang semangat menjadikan beliau bukan hanya sekedar dosen, beliau juga menjadi seorang motivator yang banyak memberikan motivasi positif kepada anak didiknya. Beliau ingin mengembangkan potensi anak didiknya, menjadikan anak didiknya lebih mengaktualisasikan diri mereka masing-masing.

Semangat beliau begitu menggelora, saya masih ingat beberapa diskusi kecil dengan beliau, saya masih ingat ketika beliau membuka kelas tambahan, kelas dimana tidak ada absensi kehadiran dan nilai sebagai tolak ukur pembelajaran. Kelas yang dibuka atas keinginan beliau sendiri dan peserta yang hadir pun atas kesadaran sendiri.

Saya masih ingat dengan jelas bagaimana kelas itu berlangsung, ketika kelas berlangsung beliau melemparkan sebuah pertanyaan kepada para peserta, pertanyaan itu adalah “Apa potensi dalam diri Anda?”, dan ketika giliran saya menjawab, saya dengan pedenya menjawab “saya multitalenta Pak, tapi nanggung”, mendengar jawaban dari saya seisi kelas pun menjadi ramai, teman-teman yang hadir mulai becanda “multifungsi ta?”, celetukan dari salah seorang teman. Setelah kelas mulai tenang, saya menjelaskan kepada beliau bahwa saya memiliki kelebihan di banyak bidang tapi kelebihan itu tidak ada yang terlalu menonjol, kemampuan saya terlalu merata di banyak bidang tersebut, kemudian beliau memberikan beberapa masukan kepada saya.

Ada juga beberapa diskusi kecil saya dengan beliau yang masih melekat di ingatan saya, ketika beliau menanyakan perkembangan usaha kecil saya, akhirnya kita berdiskusi panjang masalah entrepreneurship, beliau salah satu pengajar yang getol menyuarakan jiwa enterepreneurship dalam diri anak didiknya. Saya sangat senang sekali berdiskusi dengan beliau, diskusi-diskusi kecil diluar kelas bersama beliau menambah wawasan saya tentang ilmu yang tidak saya dapatkan melalui teks books.

Saya masih ingat apa yang selalu dikatakan beliau, positive thinking dan positive feeling selalu diingatkan beliau kepada anak didiknya. Dua buah rangkaian kata yang sederhana tetapi mempunyai makna yang besar dalam perubahan hidup, ketika beliau mengatakan positive thinking saya lebih mengerti artinya dan lebih bisa mengaktualisasikan kepada diri saya, namun berbeda dengan positive feeling, saya perlu waktu yang lama untuk belajar makna dan mengaktualisasikan positive feeling dalam kehidupan saya.

Sekarang saya lebih mengetahui makna positive feeling, saya lebih bisa mengaktualisasikan positive feeling dalam diri saya, namun saya tidak lagi bisa berdiskusi dengan beliau, saya akan sangat merindukan saat-saat diskusi dengan beliau. Beliau telah membawa banyak perubahan bagi kehidupan saya, saya sangat beruntung telah mengenal beliau. Selamat Jalan Bapak, Terima Kasih. (my fandora,2011)

dedicated Putu Herry Sunarya, SE,MM

Bukan Film Biasa

Saya suka sekali melihat film, mungkin saya hanyalah salah satu dari berjuta orang yang suka melihat film. Banyak film-film inspiratif yang terkadang merubah atau paling tidak membawa perubahan dalam hidup kita. Film merupakan penggambaran dari cerita kehidupan manusia yang umum terjadi di sekitar kita. Film action, komedi, drama dan horror yang sering kita tonton sehari-hari dalam kehidupan kita.

Suatu siang saya melihat sebuah film yang bergenre drama romantic, film yang sangat bagus sekali. Sebenarnya inti cerita dari film itu sama dengan film kebanyakan, film yang menceritakan kisah cinta segitiga. Tidak tahu mengapa film itu sungguh sangat bagus menurut saya, mungkin pembuatan yang sangat bagus dari film itu sehingga cerita yang nampaknya biasa terasa luar biasa, atau mungkin film tersebut saya anggap bagus karena cerita dalam film tersebut sama dengan yang saya alami.

Dalam film itu diceritakan ada sepasang kekasih yang menjalin asmara, kisah kasih mereka teruntai indah. Pada suatu ketika Sang Wanita berkenalan dengan seorang Pria yang menurutnya biasa-biasa saja. Bila dibandingkan dengan kekasihnya mungkin pria tersebut tidak lebih baik dari kekasihnya. Tapi kisah kasih mereka harus dihadapkan dengan LDR, Long Distance Relationship, sebuah kondisi yang mungkin sangat sulit bagi mereka. Dan Sang Wanita lebih dekat saja dengan pria yang baru dikenalnya. Ketika Sang Wanita jatuh sakit bukan kekasihnya yang menemaninya, tapi justru pria lain yang dia anggap teman biasa. Langsung saja pada akhir ceritanya, kalau saya terus cerita disini pasti tidak akan ada habisnya. Akhir dari cerita ternyata Sang Wanita lebih memilih pria yang baru dikenalnya daripada kekasihnya dan kekasihnya pun dapat memahami dan menerimanya dengan hati yang lapang. Habis cerita, berakhirnya film dengan Happy Ending. 
Sesaat saya merasa hanyut dalam film tersebut, sambil berjalan ke toilet saya merasa salut dengan keikhlasan dari seorang pria yang mampu melepas kekasihnya, membiarkannya memilih pria lain yang mungkin lebih dicintainya. Belum berakhir pikiran saya tentang akhir film tersebut tiba-tiba saya menabrak pintu toilet, seakan-akan pintu toilet itu membangunkan saya dari sebuah hypnosis film yang sungguh sangat berhasil membius saya.

Saya tersadar, ini film bro, ini bukan kehidupan nyata. Film tadi hanya diceritakan sampai sebatas itu saja, mana kelanjutannya? Seharusnya dalam sebuah film diceritakan cerita tokoh-tokohnya sampai tuntas dan benar-benar habis. Memang film tadi sudah selesai tapi sebenarnya ceritanya belum selesai sampai disitu. Selalu akan ada masalah-masalah baru di kisah selanjutnya, mungkin film itu bila dilanjutkan ceritanya tidak akan ada habisnya, layaknya cerita sinetron “Tersandung” waktu jaman dahulu.

Terkadang saya sering terbawa dalam hypnosis film yang berlebihan, dan saya merasa ending yang ada dalam film itu sama dengan apa yang saya alami. Dalam waktu singkat saya merasa film itu sedikit memberikan hiburan kepada saya, sedikit menenangkan hati saya. Dalam film ending terasa baik-baik saja dan semua pihak dapat menerima adegan terakhir itu, tapi bagaimana dengan kehidupan nyata? Apakah kehidupan nyata akan berjalan sesuai dengan skenario dari film yang memiliki kejadian sama tersebut? Tentu tidak, dalam film semua actor bermain sesuai perannya masing-masing, mereka bermain sesuai dengan skenario yang sudah ada. Mereka wajib menjalankan peran yang disesuaikan dengan ending yang sudah direncanakan sebelumnya.

Terkadang dalam sebuah film kita bisa menebak-nebak bagaimana kejadian selanjutnya, kita bisa menebak-nebak bagaimana akhir dari film ini, tapi berbeda dengan kehidupan nyata. Kejadian film dan kehidupan yang kita alami boleh saja sama, tapi akhir dari film dan kehidupan kita tidak pernah sama. Akhir dari permasalahan kehidupan ditentukan oleh banyak pihak, hal yang kecil pun bisa memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan ini. Banyak pihak yang bersangkutan dengan permasalahan tersebut juga akan mempengaruhi akhir masalah itu seperti apa.

Banyak film yang menginpsirasi banyak pihak, begitu juga film yang bergenre drama romantic. Film seperti ini biasanya dijadikan pasangan yang sedang dimabuk asmara sebagai tolok ukur tentang kehidupan nyata yang dijalaninya. Mereka menganggap bahwa cerita dalam film tersebut sama dengan yang mereka alami pada saat itu, kadang mereka melakukan hal yang sama dalam mengambil suatu keputusan, mereka berharap keputusan yang diambil akan berdampak sama seperti ending dari film yang mereka tonton.

Film secara tidak sadar mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan kita, film yang terkadang kita anggap ceritanya sama dengan kehidupan kita, kita jadikan sebuah referensi dalam mengambil sebuah keputusan. Sebenarnya tidak ada yang salah ketika kita menyamakan cerita kehidupan kita sama dengan beberapa film yang kita liat, kita menganggap peran yang dilakukan oleh salah satu aktor sama dengan peran kita dalam menjalani hidup.

Hidup kita sebenarnya kita sendiri yang menentukan, sepeti kata orang hebat Pakdhe Walt Disney “My Imagination Creates My Reality”, jadi sebenarnya dari pikiran dan perasaan kita yang akan menentukan sejauh mana kualitas kehidupan kita, jantung dan otak yang akan menjadikan bagaimana hidup kita. Segala apapun yang kita liat, kita dengar dan kita ucapkan akan mempengaruhi pikiran dan perasaan kita, dan pikiran dan perasaan itu yang menciptakan kehidupan nyata kita. (my fandora, 2011)

(Benci) (Untuk) (Cinta)

Saya mendengar dua kalimat yang sejenak menghentakkan saya, kata itu sedikit menyadarkan saya. Sebenarnya hanya kalimat yang sederhana tapi saya ingin mengulasnya lebih dalam dari beberapa sisi yang berbeda. Kalimat pertama itu adalah “Benci Untuk Mencinta”, ada dua unsur kata yang berbeda arti yang disatukan dalam sebuah kalimat. Kata benci yang mengindikasikan ketidaksukaan seseorang terhadap suatu hal, dengan kalimat cinta yang mengungkapkan kesukaan seseorang pada suatu hal. Kalimat kedua sebenarnya tidak jauh beda dengan kalimat pertama, kalimat ini memiliki arti yang berlawanan dengan kalimat pertama, kalimat itu adalah “Cinta Untuk Membenci”. Dua kalimat yang sebenarnya memiliki kata yang sama, tetapi susunannya berbeda yang mengakibatkan memiliki arti yang berbeda pula.

“Benci Untuk Mencinta”, kalimat dengan tiga buah kata ini sebenarnya sangat sulit dan berat untuk dilakukan, kalimat ini membutuhkan kebesaran jiwa untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Sebuah tindakan terpaksa yang mencerminkan kebencian dilakukan seseorang untuk mencintai sesuatu, atau dengan kata lain memberikan rasa sakit hanya untuk mencintai lebih dalam, ini yang masih sulit dipahami oleh seseorang. Terkadang rasa benci atau rasa sakit yang diberikan seseorang dilakukan untuk mencintai lebih dalam dari sebelumnya.

Banyak hal yang dapat dijadikan contoh untuk tindakan “Benci Untuk Mencinta”, seperti halnya ketika ada sepasang kekasih yang memadu asmara, mereka berjanji akan selalu setia sampai ajal menjemput, akan berjanji untuk saling mencintai selamanya. Namun pada kenyataannya Sang Pria telah dijodohkan oleh orang tuanya, Sang Pria bingung apa yang harus dilakukan. Di satu sisi dia memiliki janji setia dan saling mencintai dengan kekasihnya, disisi lain dia telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan wanita lain. Sang Pria tidak bisa menolak perjodohan tersebut, dia harus meninggalkan kekasihnya, namun dia tidak bisa serta merta meninggalkannya begitu saja. Akhirnya dia melakukan tindakan “Benci Untuk Mencinta”, dia berusaha membuat kekasihnya benci terhadapnya, dia berusaha membuat kekasihnya tidak lagi suka dengan apa yang dia lakukan, Sang Pria mulai melakukan semua hal yang paling dibenci oleh Sang Wanita. Sebenarnya Sang Wanita sudah merasakan perubahan dari Sang Pria tidaklah wajar, Sang Wanita mulai mempertanyakan hal itu tapi Sang Pria bersikukuh dengan tindakannya. Malah akhirnya Sang Pria mengakhiri hubungan mereka, Sang Pria terpaksa harus melakukan hal itu, dia melakukan hal yang paling dibencinya dengan berusaha mengecewakan pasangannya, hanya untuk lebih mencintai Sang Wanita, hanya untuk melepaskan Sang Wanita dari cinta yang mendalam kepada Sang Pria. Sang Wanita pun merasa sakit dengan apa yang dilakukan Sang Pria, namun Sang Pria sebenarnya lebih sakit dengan melakukan hal itu.

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dijadikan contoh untuk hal “Benci Untuk Mencinta”, seperti tindakan “Euthanasia” atau dikenal dengan suntik mati yang hanya dilakukan di beberapa negara seperti Belanda, Swiss atau Amerika. Pada keadaan penyakit pasien yang sudah sangat parah, keluarga pasien mungkin saja meminta dokter untuk mengakhiri penderitaan pasien dengan melakukan “Euthanasia”, tindakan ini dilakukan untuk mengakhiri penderitaan hidup Sang Pasien, keluarga sudah tidak kuat lagi melihat orang yang dikasihinya menderita dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Sebenarnya tindakan “Euthanasia” sangat dibenci oleh keluarga pasien, tapi tindakan itu dilakukan demi cinta besar mereka terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit sangat parah.

Banyak hal yang mendasari kita melakukan hal paling kita benci atau dibenci orang yang kita sayangi hanya untuk mnunjukkan rasa cinta kita yang dalam kepada mereka, namun bagaimana dengan kalimat “Cinta Untuk Membenci”, sebenarnya kalimat ini lebih menyakitkan dari yang kita bayangkan. Sebuah kalimat yang sarat akan keegoisan, sarat akan mementingkan diri sendiri. Sebuah kalimat yang lebih kejam dari  “Euthanasia”, bagaimana tidak kejam kita lihat saja sebuah cinta yang diberikan seseorang hanya untuk membencinya, hanya untuk menjadikannya lebih buruk dari sebelumnya. Sebuah cinta yang seakan indah diluar tapi memberikan sebuah rasa sakit yang berkepanjangan.

Banyak juga hal yang bisa dijadikan contoh untuk kalimat “Cinta Untuk Membenci”, semisal ada sepasang remaja yang sedang menjalin sebuah kisah kasih, Sang Cewek mencintai Sang Cowok dengan apa adanya, dia mencintai dengan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam pasangannya. Namun Sang Cowok mencintai cewek lain sama seperti dia mencintai pasangannya, dia tidak bisa memilih siapa yang harus ditinggalkan dan siapa yang harus dipilih. Sementara itu Sang Cewek tidak mengetahui pasangannya mencintai cewek lain, Sang Cowok terus mengkhianati kekasihnya, dia mencintai kekasihnya namun terus menyakitinya. Bentuk cinta seperti apakah kalau seperti ini? Sebuah cinta yang akan terus menyakiti pasangannya, sebuah cinta dengan penuh kebohongan dan penuh dengan pengkhianatan.

Tidak ada yang salah dalam cinta, semua tergantung bagaimana kita menyikapi semua masalah yang ada dalam diri kita. Seorang cowok yang mencintai lebih dari satu cewek apakah salah? Tidak, dia tidak salah dalam hal mencintai kedua cewek tersebut, tapi dia salah besar dalam memperlakukan mereka berdua. Cinta itu tidaklah salah, namun cowok tersebut sangat tidak adil kepada kedua cewek tersebut. Cinta takkan pernah menyakiti dan cinta takkan pernah menjadikan pasangannya semakin buruk.

“Cinta Untuk Membenci”, Sang Cowok melakukan hal itu kepada pasangannya, di satu sisi dia mengatakan cinta kepada pasangannya, namun di sisi lain dia menyakiti pasangannya dengan bentuk kebohongan dan pengkhianatan yang dia lakukan, secara tidak sadar Sang Cowok memberikan sebuah investasi kepedihan dan rasa sakit yang sangat parah yang dibungkus indah dengan sebuah cinta yang suci dan tulus. Dengan kata lain Sang Cowok telah memberikan racun kepada pasangannya dalam sebuah botol madu yang menjanjikan rasa manis yang menggoda.

“Benci Untuk Mencinta” atau “Cinta Untuk Membenci” sebuah kalimat dengan tiga kata yang sama yang memiliki arti berbeda. Hidup penuh pilihan dan kita meski pandai dalam memilih dan menyikapi apa yang menjadi pilihan kita. Apakah kita akan sering melakukan “Benci Untuk Mencinta” ataukah kita melakukan “Cinta Untuk Membenci”? (my_fandora, 2011)