Sabtu, 22 Januari 2011

Ikhlas?

Sebenarnya niat awal saya ingin menulis dengan judul “Cinta itu Ikhlas”, tapi sepertinya tulisan saya yang itu dipending dulu saja. Sepertinya kita bahas saja dahulu ikhlas itu apa, sehingga ketika saya menuliskan oretan yang berjudul “Cinta itu Ikhlas” kita sudah sedikit banyak saling berbagi ilmu ikhlas satu sama lain.

Kata “Ikhlas” merupakan kata yang ajaib. Setiap orang pernah mendengar kata ini. Seringkali kata ini diucapkan seseorang kepada kita saat kita kehilangan sesuatu yang kita miliki, dimana suatu hal yang kita miliki lenyap atau hilang dari hidup kita. Sebenarnya apa sih yang dinamakan ikhlas? Sebenarnya kata ini sangat sederhana dan penuh makna, ilmu ikhlas adalah ilmu yang sangat mudah, ilmu ikhlas juga ilmu yang sangat sulit. Ikhlas sulit menjadi bagian dari kita, dan ikhlas juga terkadang tanpa kita sadari sudah menjadi bagian dari kita. Semua orang bisa dengan mudah berbuat ikhlas, dan semua orang pun kadang sulit berbuat ikhlas. Keikhlasan seseorang tak mampu dinilai oleh siapa pun, bahkan tekadang kita sendiri kesulitan menilai sejauh mana kita mengikhlaskan sesuatu. 

Ikhlas identik dengan kita kehilangan sesuatu, ikhlas juga identik dengan sebuah permasalahan. Permasalahan disini dapat diartikan ketika sesuatu tak berjalan dengan apa yang kita inginkan. Satu-satunya jalan adalah dengan mengikhlaskan semua keinginan atau kehilangan kita.

Waduh…berat juga ngomongin ilmu ikhlas, tapi mau gimana lagi? Saya ingin berbagi dengan kalian semua tentang apa itu ilmu ikhlas. Saya sendiri masih belajar dan belajar apa yang dinamakan ilmu ikhlas. Saya masih belajar banyak bagaimana mengikhlaskan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Saya masih belajar banyak tentang ikhlas ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat kita sayangi atau kita cintai. Sebenarnya kita bersikap ikhlas bukan hanya saat kita kehilangan sesuatu, kita mesti bersikap ikhlas setiap saat dan setiap waktu. 

Sebelum saya lanjutkan, saya mau meminta maaf dulu kalau seandainya tulisan ini ada yang salah, soalnya saya masih belajar ilmu ikhlas. Saya juga mengharapkan koreksi dari teman, saudara, atau siapa pun yang membaca tulisan ini kalau seandainya tulisan saya ini ada yang kurang atau perlu diperbaiki atau ditambahi.

Sebenarnya ikhlas itu tergantung dari diri kita sendiri, sejauh mana kita dapat menyikapi sesuatu. Sejauh apa yang kita bisa melepaskan keinginan-keinginan yang sudah tidak bisa kita dapatkan lagi dan keinginan yang masih kita impikan. Mengapa saya disini menulis keinginan yang sudah tidak mungkin kita dapatkan dan keinginan yang masih kita impikan? Ikhlas bukan hanya berbicara tentang kita merelakan sesuatu yang tidak mungkin kita miliki lagi, ikhlas juga berbicara mengenai suatu hal yang yang masih menjadi impian terbesar kita. Suatu hal yang kita yakini akan terwujud, suatu mimpi terbesar kita yang selalu ada dalam diri kita.

Kita harus bisa mengikhlaskan segala keinginan kita dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, kita harus bisa bekerja sama dalam meraih impian yang masih selalu kita impikan dan kita yakini akan meraihnya. Bekerja sama dengan Allah SWT, berkolaborasi dalam meraih impian tersebut. Kita berusaha dan bekerja keras mengupayakan segala sesuatunya dalam mewujudkan mimpi tersebut dan segera mengingkhlaskan mimpi tersebut kepada Allah SWT melalui doa-doa kita. Ikhlas sebenarnya akan membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan kita, jika kita bersikap ikhlas kita akan selalu hidup dengan diselimuti hati yang tenang dan bahagia.

Salah satu dari teman saya bertanya kepada saya tentang perbedaan ikhlas dengan kalimat “Ya…sudahlah”, pertama saya bingung menjawab pertanyaan itu, saya takut salah memberikan jawaban atas pertanyaan yang nyatanya memang sangat sulit untuk menjawabnya. Dulu saya bingung memberikan jawaban kepada teman saya, saya hanya memberikan gambaran bahwa ikhlas yang kita lakukan adalah setelah kita berusaha sampai titik optimal. Jadi setelah kita berusaha menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan kita, apapun hasilnya kita mesti mengikhlaskan segala sesuatunya. Kalimat “Ya…sudahlah”, sebenarnya bisa dikatakan bagian dari sebuah keikhlasn bila kalimat tersebut tidak dibumbui dengan perasaan pesimistis dan patah semangat. Kalimat tersebut bisa dikategorikan kedalam keikhlasan jika ada unsur merelakan sesuatu hal apapun hasilnya yang sudah kita upayakan semaksimal mungkin.

Dahulu saya sempat berbincang dengan seorang teman yang sedang mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Sepertinya dia datang dengan membawa setumpuk kantong besar permasalahan di pundaknya. Sebagai seorang terapis dan seorang teman yang baik saya berusaha semaksimal mungkin membantunya, berusaha menanganinya secara obyektif dan membantunya menyelesaikan masalah semampu yang saya bisa. Di akhir sesi saya berbicara sebagai seorang teman dengannya, saya berbagi ilmu keikhlasan kepada teman saya, saya menyarankan dia akan berusaha berjuang dan mendapatkan keikhlasan tersebut. Kemudian teman saya berbicara lirih kepada saya, “Saya ingin menjadi ahli ikhlas seperti kamu”, saya hanya tersenyum kecil menanggapi pernyataan dari teman saya. Saya pun menjelaskan kepadanya, ikhlas itu ilmu yang sangat mudah dan sangat sulit sekali, saya bukan ahli ikhlas, saya hanya seorang “Pejuang Ikhlas”, hanya orang yang tidak ikhlas mengatakan dia adalah ahli ikhlas, padahal ikhlas itu perlu diperjuangkan. Keikhlasan kadang sudah kita dapatkan dan kita rasakan dalam kehidupan, namun untuk mempertahankan keikhlasan tersebut kita harus selalu memperjuangkannya. Kita harus mampu mengalahkan diri kita dan lingkungan hidup kita dalam mempertahankan keikhlasan itu. Setiap hari kita berusaha memperoleh dan mempertahankan keikhlasan, berusaha untuk mencapai titik keikhlasan yang akan membawa ketenangan dalam kehidupan kita.

Para pejuang ikhlas akan selalu belajar ilmu ikhlas dari siapa pun dan dimana pun dia berada, orang yang bergelar profesor pun kadang bukan seorang pejuang ikhlas yang hebat, dia mungkin  hanya memiliki sedikit ilmu ikhlas. Kadang orang yang tidak mempunyai kedudukan tinggi adalah seorang pejuang ikhlas yang hebat, seorang yang sangat hebat dalam memperoleh dan mempertahankan keikhlasan. Ilmu ikhlas dapat dipelajari dimana dan kapan pun, ilmu ikhlas dapat dipelajari dari siapa pun, bahkan ketika kamu sedang berada di jalanan kamu dapat belajar dari orang-orang disekitar tentang ilmu ikhlas. (my fandora,2011)

1 komentar: