Sabtu, 22 Januari 2011

Bukan Film Biasa

Saya suka sekali melihat film, mungkin saya hanyalah salah satu dari berjuta orang yang suka melihat film. Banyak film-film inspiratif yang terkadang merubah atau paling tidak membawa perubahan dalam hidup kita. Film merupakan penggambaran dari cerita kehidupan manusia yang umum terjadi di sekitar kita. Film action, komedi, drama dan horror yang sering kita tonton sehari-hari dalam kehidupan kita.

Suatu siang saya melihat sebuah film yang bergenre drama romantic, film yang sangat bagus sekali. Sebenarnya inti cerita dari film itu sama dengan film kebanyakan, film yang menceritakan kisah cinta segitiga. Tidak tahu mengapa film itu sungguh sangat bagus menurut saya, mungkin pembuatan yang sangat bagus dari film itu sehingga cerita yang nampaknya biasa terasa luar biasa, atau mungkin film tersebut saya anggap bagus karena cerita dalam film tersebut sama dengan yang saya alami.

Dalam film itu diceritakan ada sepasang kekasih yang menjalin asmara, kisah kasih mereka teruntai indah. Pada suatu ketika Sang Wanita berkenalan dengan seorang Pria yang menurutnya biasa-biasa saja. Bila dibandingkan dengan kekasihnya mungkin pria tersebut tidak lebih baik dari kekasihnya. Tapi kisah kasih mereka harus dihadapkan dengan LDR, Long Distance Relationship, sebuah kondisi yang mungkin sangat sulit bagi mereka. Dan Sang Wanita lebih dekat saja dengan pria yang baru dikenalnya. Ketika Sang Wanita jatuh sakit bukan kekasihnya yang menemaninya, tapi justru pria lain yang dia anggap teman biasa. Langsung saja pada akhir ceritanya, kalau saya terus cerita disini pasti tidak akan ada habisnya. Akhir dari cerita ternyata Sang Wanita lebih memilih pria yang baru dikenalnya daripada kekasihnya dan kekasihnya pun dapat memahami dan menerimanya dengan hati yang lapang. Habis cerita, berakhirnya film dengan Happy Ending. 
Sesaat saya merasa hanyut dalam film tersebut, sambil berjalan ke toilet saya merasa salut dengan keikhlasan dari seorang pria yang mampu melepas kekasihnya, membiarkannya memilih pria lain yang mungkin lebih dicintainya. Belum berakhir pikiran saya tentang akhir film tersebut tiba-tiba saya menabrak pintu toilet, seakan-akan pintu toilet itu membangunkan saya dari sebuah hypnosis film yang sungguh sangat berhasil membius saya.

Saya tersadar, ini film bro, ini bukan kehidupan nyata. Film tadi hanya diceritakan sampai sebatas itu saja, mana kelanjutannya? Seharusnya dalam sebuah film diceritakan cerita tokoh-tokohnya sampai tuntas dan benar-benar habis. Memang film tadi sudah selesai tapi sebenarnya ceritanya belum selesai sampai disitu. Selalu akan ada masalah-masalah baru di kisah selanjutnya, mungkin film itu bila dilanjutkan ceritanya tidak akan ada habisnya, layaknya cerita sinetron “Tersandung” waktu jaman dahulu.

Terkadang saya sering terbawa dalam hypnosis film yang berlebihan, dan saya merasa ending yang ada dalam film itu sama dengan apa yang saya alami. Dalam waktu singkat saya merasa film itu sedikit memberikan hiburan kepada saya, sedikit menenangkan hati saya. Dalam film ending terasa baik-baik saja dan semua pihak dapat menerima adegan terakhir itu, tapi bagaimana dengan kehidupan nyata? Apakah kehidupan nyata akan berjalan sesuai dengan skenario dari film yang memiliki kejadian sama tersebut? Tentu tidak, dalam film semua actor bermain sesuai perannya masing-masing, mereka bermain sesuai dengan skenario yang sudah ada. Mereka wajib menjalankan peran yang disesuaikan dengan ending yang sudah direncanakan sebelumnya.

Terkadang dalam sebuah film kita bisa menebak-nebak bagaimana kejadian selanjutnya, kita bisa menebak-nebak bagaimana akhir dari film ini, tapi berbeda dengan kehidupan nyata. Kejadian film dan kehidupan yang kita alami boleh saja sama, tapi akhir dari film dan kehidupan kita tidak pernah sama. Akhir dari permasalahan kehidupan ditentukan oleh banyak pihak, hal yang kecil pun bisa memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan ini. Banyak pihak yang bersangkutan dengan permasalahan tersebut juga akan mempengaruhi akhir masalah itu seperti apa.

Banyak film yang menginpsirasi banyak pihak, begitu juga film yang bergenre drama romantic. Film seperti ini biasanya dijadikan pasangan yang sedang dimabuk asmara sebagai tolok ukur tentang kehidupan nyata yang dijalaninya. Mereka menganggap bahwa cerita dalam film tersebut sama dengan yang mereka alami pada saat itu, kadang mereka melakukan hal yang sama dalam mengambil suatu keputusan, mereka berharap keputusan yang diambil akan berdampak sama seperti ending dari film yang mereka tonton.

Film secara tidak sadar mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan kita, film yang terkadang kita anggap ceritanya sama dengan kehidupan kita, kita jadikan sebuah referensi dalam mengambil sebuah keputusan. Sebenarnya tidak ada yang salah ketika kita menyamakan cerita kehidupan kita sama dengan beberapa film yang kita liat, kita menganggap peran yang dilakukan oleh salah satu aktor sama dengan peran kita dalam menjalani hidup.

Hidup kita sebenarnya kita sendiri yang menentukan, sepeti kata orang hebat Pakdhe Walt Disney “My Imagination Creates My Reality”, jadi sebenarnya dari pikiran dan perasaan kita yang akan menentukan sejauh mana kualitas kehidupan kita, jantung dan otak yang akan menjadikan bagaimana hidup kita. Segala apapun yang kita liat, kita dengar dan kita ucapkan akan mempengaruhi pikiran dan perasaan kita, dan pikiran dan perasaan itu yang menciptakan kehidupan nyata kita. (my fandora, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar