Rabu, 25 Juli 2012

Pantai Barat Ujung Barat Negeri Ini

Hampir setiap hari gue ke pantai, berharap menemukan putri duyung yang terdampar di pantai, namun semakin gue tunggu, semakin masuk angin saja badan ini. Sampai menginjakkan bulan kedua gue disini, masih saja menunggu seorang putri, whatever lah nama putrinya, mau putri duyung, putri tidur, putri kerajaan tapi jangan sampai mbah putri. Gue masih merasa nyaman dengan hari-hari penuh kesederhanaan disini, namun terkadang hati gue kesepian disini, bukan tanpa sebab hati ini sepi, tapi karena orang-orang tersayang gue berada jauh dari gue, gue rindu kehadiran mereka, gue pengen ketemu dengan mereka, namun itu semua hanya sebatas keinginan saja.

Kembali lagi ke pantai, kalau diterusin pasti gue galau, hampir separuh kehidupan gue disini dihabiskan di pantai, meskipun gue gak bisa renang, namun hampir tiap hari gue ke pantai, malah sehari pernah sampai tiga kali gue ke pantai, udah kaya’ minum obat aja sampai tiga kali, memang sih bukan untuk berenang, tapi hanya untuk sekedar menikmati deburan ombak dan semilir angin pantai. Pantai pada sore hari disini sangat menyenangkan, apalagi dipakai untuk memancing, sebenarnya sih gue gak suka mancing ikan, tapi disini bisa juga buat memancing yang lain, memancing seorang putri.

Sore menjelang malam banyak orang yang menghabiskannya di pantai, tempat yang menurut mereka cocok untuk menghilangkan segala macam rasa stress dan penat sehabis melakukan aktivitas seharian, namun sebenarnya bukan karena pantai merupakan sarana yang murah meriah untuk bersantai, ini karena pantai adalah tempat satu-satunya disini yang bisa digunakan untuk bersantai dan melepas segala macam rasa penat, gak ada tempat selain pantai yang bisa menyajikan hiburan dan sedikit melepaskan beban kehidupan.

Aneh juga sih, gue masih saja ke pantai setiap hari, padahal yang gue liat tiap harinya ya sama aja, air, pasir, kapal boat, penjual jagung bakar, orang mancing dan orang lalu lalang di pelabuhan. Sebenarnya rasa jenuh udah membunuh perlahan, namun hanya bisa terdiam dan menikmati keadaan, seperti hubungan yang telah memasuki rasa jenuh kronis, namun takut untuk mengakhiri karena sudah terbiasa dan takut membiasakan diri dengan hal baru. Persis dan sama rasanya ketika setiap hari gue mesti ke pantai hanya karena ini sebuah rutinitas yang seharusnya gue jalani setiap harinya, hanya karena gue mesti sejenak melepas rasa penat gue walaupun beberapa menit saja, sama ketika suatu hubungan yang sudah dijalani bertahun-tahun sudah mencapai sebuah titik kejenuhan yang kronis, dan seakan sudah kehilangan gairah dan bosan, namun mereka masih saja bertemu dan menjalankan rutinitas kencan mereka. 

Terkadang hidup disini gue jadi takut, takut kebiasaan gue ke pantai setiap hari malah akan menjadi kegiatan yang wajib, malah berasa berdosa gue kalau gak ke pantai, tapi memang mau gimana lagi, setiap hari stress dan penat selalu menyerang tanpa henti, dan pastinya untuk menghilangkan rasa itu gue ke pantai lah, takutnya juga perasaan yang gue rasain terhadap pantai dirasain juga oleh pasangan yang mengalami titik jenuh kronis suatu hubungan, hanya karena mereka sudah terbiasa dan takut mengubah kebiasaan baru, dan merasa itu sudah menjadi kegiatan fardhu ain, jadi mereka akan merasa berdosa sekali jika tidak melakukan aktivitas tersebut. Akhirnya kebohongan dan kepura-puraan menjadi bumbu baru dalam hubungan mereka.

            Pantai menjadikan gue bisa bersatu dengan alam, setiap gue di pantai, gue merasa Tuhan tak pernah salah menciptakan suatu hal, gue merasa Tuhan gak pernah salah menetapkan suatu kejadian, semua yang Tuhan ciptakan dan kejadian yang Tuhan tetapkan pasti disertai dengan suatu alasan. Gue merasa dekat banget sama Tuhan ketika gue rasakan segala ciptaanNya berbicara sama gue, lewat hembusan angin laut, lewat rerumputan dan tumbuhan yang seakan menyebut dan mengagungkan namaNya, gue merasa jadi mahluk yang lemah, merasa bukan apa-apa. 

           Pasangan muda-mudi banyak menghiasi sisi pelabuhan setiap sore sampai malam hari, mereka memadu kasih dengan menikmati angin laut, selain itu jagung bakar menjadi sebuah modus untuk menghindari budget kencan yang berlebihan. Sebenarnya banyak tradisi yang salah dalam hubungan sepasang kekasih, dan tradisi yang salah tersebut sudah mengakar dan tumbuh subur dalam masyarakat kita. Tradisi yang namanya cewek tak pernah keluar uang sepeser pun untuk kencan sepertinya sudah dipatenkan oleh LPI, bukan Liga Premier Indonesia lho, tapi Lembaga Pasangan Indonesia, sepertinya wanita hanya bermodalkan berdandan cantik dan berpenampilan menarik dalam setiap kencannya bersama pasangan, dan seorang lelaki wajib membiayai dan memberikan kontribusi yang lebih dalam mengkoordinir segala bentuk kencan yang akan dilakukan bersama pasangan. 

         Tradisi seperti ini sebenarnya siapa yang mengawali, mengapa semua orang berpendapat bahwa setiap lelaki yang mengajak kencan wanita harus bermodal dan mengeluarkan biaya untuk setiap kencannya, kenapa dalam hal ini lelaki pun harus menerima kenyataan yang sama, mengapa mereka tidak menuntut sebuah emansipasi juga, wanita pun terkadang diam dan pura-pura menjalankan tradisi sebagai suatu hal yang wajar. Sebenarnya tidak ada salahnya seorang lelaki membiayai segala bentuk kencan yang mereka lakukan, namun juga tidak ada salahnya jika kita saling berbagi untuk pembiayaan kencan, tidak hanya di bebankan pada lelakinya saja, namun segala bentuk aktivitasnya dibiayai bersama, dengan demikian semuanya akan terasa lebih ringan. Jadi tidak ada modus lagi kencan di pantai dan menikmati jagung bakar karena gak ada lagi makanan yang dijual disana.

Sehingga banyak juga cowok yang akhirnya menggunakan berbagai modus agar mereka bisa meminimalisir budget yang harus dikeluarkan tapi masih bisa berkencan dengan nyaman, ya semacam mengatur waktu keluar sehabis makan siang atau makan malam, tidak jarang juga ada pesan singkat semacam ini “sayang, kamu makan dulu yah sebelum keluar, ntar takutnya kamu sakit lagi, ntar habis maem aku jemput”. Banyak lagi berbagai modus yang akan dilakukan para lelaki untuk dapat menghemat budget yang harus mereka keluarkan, sebenarnya bukan menuduh semua cowok itu pelit, tapi kebanyakan para cowok hidup dengan gengsinya yang tanpa batas, jadi mereka baik ngutang daripada ceweknya tahu dia tak punya uang. Lha…sulitnya lagi kalau sudah tidak ada lagi tempat menyandarkan harapan a.k.a tempat untuk ngutang, dia bakalan berusaha mencari cara untuk penghematan biaya kencan, tanpa diketahui oleh ceweknya. Betul juga teori Mas Jaya Setiabudi tentang The Power of Kepepet, setiap kali kepepet manusia jadi lebih pandai dan bersemangat. Takutnya lagi ketika para cowok yang kepepet cenderung berpikiran negative dan melakukan segala cara untuk dapat memenuhi keinginannya. Ini yang akan menjadikannya bahaya, akan merusak dirinya untuk berkorban pada sebuah cinta tanpa ketulusan dan dihiasi kebohongan.

Hanya sedikit dari beberapa pria, lelaki atau cowok yang mampu jujur pada pasangannya, mereka, dan hanya sedikit juga wanita, perempuan atau cewek yang mampu menerima kejujuran dari pasangannya. Mangkanya banyak timbul permasalahan ketika semua dasar atau pondasi yang kita gunakan adalah kebohongan, kepalsuan dan kepura-puraan. Tidak ada salahnya kita jujur tanpa menggunakan topeng, tidak ada salahnya kita beritahu pasangan kita tentang masalah atau kesulitan yang sedang kita hadapi, tidak ada salahnya juga buat para wanita, perempuan dan cewek mau mendengarkan dan memahami apa kesulitan pasangannya. Sebenarnya semua lebih mudah jika kita membicarakannya, namun banyak dari kita yang lebih memilih menyembunyikan daripada membicarakannya.

Gue kaget banget melihat tradisi pasangan muda-mudi yang ada disini, setiap ada pasangan yang memadu kasih selalu saja mereka bawa motor sendiri-sendiri, pertama sih gue rasa dengan banyak kesibukan mereka sampai tidak bisa menjemput pasangannya akhirnya memutuskan membuat janji temu langsung di pantai, namun setelah gue pikir-pikir lagi dengan luas kota yang kecil seperti ini dengan waktu tempuh mengelilingi kota tidak lebih dari 15menit mana mungkin mereka tidak sempat menjemput pasangannya. Kalau kota besar sih gue anggap wajar, dan gue rasa itu juga hanya sebagian kecil dari orang-orang disini, namun setelah beberapa lama gue disini ternyata sebagian besar pasangan muda-mudi disini setiap kali berkencan bawa transportasi sendiri-sendiri, mereka memutuskan untuk mengelabui pihak-pihak tertentu dengan tujuan bahwa kepentingan mereka tidak terendus.

            Gue gak mau banyak komentar lagi untuk urusan pasangan muda-mudi disini, soalnya gue juga masih berada di penjuru bumi yang mereka tinggali, dan gue mesti ikut aturan dan tata tertib yang ada di dalamnya, ”dimana bumi dipijak, disitu lagi dijunjung”. Bisa-bisa gue dibantai oleh pasangan muda-mudi itu, kalau dikejar-kejarnya sama cewek-ceweknya saja sih asyik banget, malah gue pasrah gak mau lari, tapi kalau cowoknya yang kejar, pasti gue kabur duluan, mana mau gue bonyok, wajah ganteng kaya’ gue ini perlu dilindungi.

“…tautan gelisah di remang hamparan senja…”
“…langit tak berbatas seolah tak memberikan kesempatan…”
“…malam seakan datang lebih cepat membunuh perlahan…”
“…langkah kecil seakan memaknai sebuah kata yang lama tak terdengar…”
“…deburan ombak benamkan teriakan…”
“…raungan semakin sayup terdengar…”
“…terkoyak impian masih disulam tanpa benang…" 

 (my_fandora, 2012)   
                       
 



Rabu, 18 Juli 2012

Gue Amnesia

Gue udah amnesia kali yah? Apa gue udah pikun? Gue punya blog tapi gak pernah gue apdet lagi. Padahal itu blog tempat curhat gue yang paling manjur, gue sering certain segala macam sesuatu yang terjadi di kehidupan gue lewat blog itu, gue sayang banget sama blog gue, namun kenyataannya sekarang pahit banget, gue udah lupain blog gue, gue udah gak pernah sekali pun kunjungi blog gue sendiri. 

Dari sejak SD gue suka banget yang namanya nulis, apapun coba gue tuangin dalam tulisan, semua perasaan yang terjadi dalam diri gue jadi bentuk tulisan, waktu pelajaran Matematika di SMA gue pun bukan itungan yang gue kerjain, malah berbuah sebuah tulisan, gue sebenarnya gak peduli orang suka sama tulisan gue apa gak, namun gue paling seneng nulis segala bentuk apapun yang pengen gue tulis.

Kali ini memang kegiatan gue cukup menyita waktu, terakhir apdet blog waktu gue bener-bener menyandang status pengangguran profesional, waktu kegalauan gue udah mencapai ambang batas maksimum, waktu kegalauan gue udah sampai pada tingkatan Presiden.

Beda banget dengan sekarang, gue udah punya aktivitas lain yang banyak menyita waktu gue, akhirnya blog dan segala kegiatan menulis gue teranak tirikan, sebenarnya gue gak ada maksud untuk berperilaku seperti itu, namun apa daya. Lewat tulisan ini mungkin gue mau ucapin minta maaf sama blog gue, sebenarnya gue sayang banget ma lo men, tapi memang keadaan yang memaksa kita jarang bersama, tapi gue janji gak bakalan lupain lo dah. 

Seandainya blog gue bisa ngomong, pasti dia udah maki-maki gue, dia pasti udah minta putus karena gue banyak menulis di twitter daripada di blog, sebenarnya gue sayang banget sama kalian berdua, kalian berdua lah yang sanggup menerima gue dengan segala macam curhatan kagak jelas gue, kalian berdua yang selalu senantiasa menemani gue dalam keadaan galau segala tingkatan yang gue alami.
Gue sekarang terdampar di ujung Indonesia, namun terdamparnya gue disini menyadarkan banyak hal, ternyata kecintaan gue terhadap menulis gak bisa diingkari lagi. Segala apapun yang gue alami ternyata memang paling asyik dituangin dalam sebuah tulisan. Mungkin blog ini pun akan mengalami banyak transisi dari segala hal, namun gue pengen jadi lebih jujur disini, segala macam bentuk tulisan yang bakalan gue tulis tidak akan gue sesali dan tidak pernah gue berharap orang bakalan suka sama tulisan gue.

Gue rasa sudah dulu nulisnya, mungkin pemanasan buat nulis cukuplah sampai disini, gue bakalan berusaha lagi memberikan kontribusi dalam tulisan gue, menuliskan segala apapun yang gue rasain. Mendadak perut gue mules sendiri baca tulisan ini, mending sefera diakhiri dan di upload saja, daripada ntar niat gue berubah buat meng-upload tulisan ini. Terima Kasih.  

Kamis, 12 Januari 2012

#WanitaCantik


Sebenarnya Tuhan telah memberikan gambaran surga kepada umat manusia, sebuah janji tentang keindahan dan keagungan surgawi. Tuhan telah mengutus mahluknya yang paling cantik untuk menyampaikan pesan itu, Tuhan telah mengutus wanita untuk melukiskan keindahan nirwana di hati setiap manusia, sebagai insan jelita penawar sukma. Wanita cantik itu dengan keindahannya mampu mengubah dunia, wanita cantik itu……
1.      #WanitaCantik itu tersenyum dengan hatinya, bukan dengan kepalsuannya
2.      #WanitaCantik itu mampu menjaga dirinya, keluarganya dan agamanya
3.      #WanitaCantik itu tegar menghadapi segala tantangan dan cobaan
4.      #WanitaCantik itu mengutamakan kesabaran dan ketenangan
5.      #WanitaCantik itu mampu memberikan ketenangan
6.      #WanitaCantik itu menghadirkan keindahan dunia dalam tatapannya
7.      #WanitaCantik itu tak berlebihan
8.      #WanitaCantik itu selalu sederhana dalam banyak hal
9.      #WanitaCantik itu tetap cantik tanpa make up
10.  #WanitaCantik itu seperti aspirin, selalu mengobati
11.  #WanitaCantik itu bisa mengusir sepi
12.  #WanitaCantik itu akan menjadi pendamping yang baik
13.  #WanitaCantik itu akan mendidik anak dengan kasih sayang
14.  #WanitaCantik itu selalu sabar
15.  #WanitaCantik itu bersikap tenang
16.  #WanitaCantik itu menepati segala janjinya
17.  #WanitaCantik itu berjiwa sosial tinggi
18.  #WanitaCantik itu mandiri
19.  #WanitaCantik itu pejuang sejati
20.  #WanitaCantik itu wonder woman
21.  #WanitaCantik itu berani berpergian sendiri
22.  #WanitaCantik itu semakin cantik dengan jilbabnya
23.  #WanitaCantik itu tidak harus pintar memasak, tapi pasti ingin belajar memasak
24.  #WanitaCantik itu bisa buatin mie instant special buat pasangannya
25.  #WanitaCantik itu akan membuatkan nasi pecel buat pasangannya di pagi hari
26.  #WanitaCantik itu wanita yang saya cintai
27.  #WanitaCantik itu sulit ditaklukkan hatinya
28.  #WanitaCantik itu akan dicintai oleh pria yang memantaskan diri padaNya
29.  #WanitaCantik itu membuat pria mencintainya selamanya
30.  #WanitaCantik itu pasti mendapatkan pria yang tampan hatinya
31.  #WanitaCantik itu tidak hanya cantik secara fisik saja
32.  #WanitaCantik itu 90% yang cantik hatinya, 10% fisiknya
33.  #WanitaCantik itu dicintai banyak pria
34.  #WanitaCantik itu banyak, tapi apakah benar-benar cantik?
35.  #WanitaCantik itu pasti “Dia”, dan bukanlah “Dirinya”
36.  #WanitaCantik itu pasti “Ibuku” *paling cantik di dunia akhirat…hehe
37.  #WanitaCantik itu siapa hayoooo????????
38.  #WanitaCantik itu adalah kamu
39.  #WanitaCantik itu adalah kalian
40.  #WanitaCantik itu pantas disebut cantik
…………………………………………………………………………..(my_fandora, 2012)

"...the last one standing..."


Because…I always gonna be the last one standing…
Lagi-lagi saya berpikir, berpikir dan berpikir lagi (sepertinya hobi saya memang berpikir…hehehehe…). Seandainya di KTP bisa nulis pekerjaan sesukanya, pasti disana saya akan menulis pekerjaan saya sebagai seorang pemikir (atau bahasa kerennya Thinker), tapi yang positif saja, jadinya pekerjaan saya bisa disebut “Positive Thinker”. Kali ini saya kembali lagi memikirkan tentang kehidupan yang saya jalani (materinya agak berat nih…hehehe…). Hidup saya, hidup anda, hidup kita, hidup kalian dan hidup mereka, berpikir tentang kehidupan saya yang mungkin berkaitan dengan hidup anda, kita, kalian dan mereka. Benar juga kata orang-orang dari jaman dulu, berkata bahwa hidup itu memang butuh perjuangan, butuh keberanian membuat suatu pilihan, butuh keikhlasan untuk menerima suatu kosekuensi keputusan.
Hidup adalah fase sebelum kematian, hidup adalah sekedar numpang lewat, hidup adalah perjuangan tanpa henti, hidup adalah bla…bla…bla…bla…, banyak orang mengartikan hidup dan kehidupan sesuai dengan cara berpikir mereka masing-masing, dan saya masih setia menulis dengan cara berpikir saya (cara apaan emang???). Kalau bicara masalah hidup dan kehidupan sepertinya kurang seru kalau tanpa contoh nyata nih, mumpung materinya memang lagi pas, bagaimana kalau saya numpang curcol dikit (curhatan cool…ehhh…curhat colongan..hehehe…). Nanti saja di paragraf berikutnya saya sedikit cerita tentang kehidupan saya (gak bakalan curhat yang mendayu-dayu kok, SUERRR…beneran kok…boleh kan???boleh ya???Asyik…).
Begini ceritanya…*eng ing eng…jreng…jreng… Dahulu kala, di sebuah kota, hiduplah… (ups…salah cerita…), kembali ke cerita yang benar ya….Sebenarnya saya mau sedikit cerita tentang kehidupan saya, kisah masa lalu saya, hehehehee…Saya terlahir dari sebuah keluarga sedehana yang berkecukupan, Alhamdulillah yah (*ala syahrini…) kehidupan saya dan keluarga selalu saja terpenuhi, dan pada waktu kecil kebutuhan saya selalu saja terpenuhi, segala kebutuhan dan keinginan saya selalu saja mereka dapat memenuhi. Sebenarnya mulai dari jaman saya kanak-kanak saya tidak mempunyai keinginan yang aneh-aneh, tapi apapun yang saya inginkan selalu saja saya dapatkan. Kehidupan saya seperti sebuah cerita dongeng yang tetulis dengan indahnya, namun semuanya berjalan dengan begitu cepat, segalanya menjadi berubah. Saya yang biasanya hidup dengan apapun yang saya inginkan, kini harus dihadapkan dengan sebuah kenyataan hidup. Orang tua selalu mendidik anaknya untuk berjuang dan berusaha mendapatkan sesuatu, mereka berusaha mengajarkan arti dari sebuah kerja keras dan hasil yang didapatkan dari itu. Namun, saya meski belajar juga arti dari pahitnya realita kehidupan sejak dini, dengan kata lain pembelajaran kehidupan saya termasuk dalam kategori akselerasi. Kehilangan sosok seorang ibu pada usia belasan tahun merupakan pukulan yang sangatlah berat bagi seorang bocah yang masih belum tahu tentang kehidupan, seorang anak manja yang kehilangan sosok yang sangat berarti dalam kehidupannya. Percepatan-percepatan yang saya alami sangatlah tidak mudah untuk usia saya pada saat itu, namun Tuhan berkehendak lain, saya diberi kepercayaan lebih untuk belajar lebih cepat dari anak usia kebanyakan. Itu sisi positif yang baru saya dapatkan artinya sekarang, namun dulu saya berpendapat lain, saya berpendapat Tuhan memberikan cobaan dan ujian yang tak seharusnya untuk saya, saya berpendapat bahwa Tuhan tak adil bagi keluarga saya.
Cukuplah cerita sekilas saja, tak perlu dibahas lebih lanjut, nanti malah seperti sinetron kejar tayang yang serinya sampai enam atau sepuluh..heheheheeee…. Kita ambil saja sebuah makna dari permasalahan-permasalahan diatas. Intinya bocah manja tadi yang terbiasa kebutuhan dan keinginannya terpenuhi dihadapkan pada sebuah kenyataan yang tak sesuai dengan keinginan yang dia harapkan, dapat disimpulkan juga bocah itu yang tak terbiasa dengan penolakan harus mulai belajar dari makna sebuah kehidupan, makna yang hanya bisa dia dapatkan dari kehidupan yang dijalaninya. Saya belajar bahwa kenyataan tak selamanya seperti yang kita harapkan, saya belajar bahwa Tuhan tidak selamanya memberikan keinginan kita, Tuhan hanya akan memberikan apa yang kita butuhkan, dan Tuhan lebih tahu apapun yang kita butuhkan daripada kita sendiri, karena Dia Sang Maha Mengetahui.
Namanya belajar dalam kelas akselerasi harusnya naik kelas dan lulusnya lebih cepat dong? Pastinya…saya sekarang sudah naik kelas dan belajar lagi banyak hal tentang kehidupan di kelas saya yang baru. Saya harus bisa menghadapi ujian dengan tingkat kesulitan yang lebih berat dan lebih sulit daripada ujian saya di usia saya belasan tahun dulu. Guru dan dosen kehidupan saya pun lebih memiliki tingkat  kapabilitas yang lebih dari sebelumnya. Saya akan senantiasa belajar, berjuang dan takkan menyerah dengan segala apapun ujian yang akan diujikan kepada saya. Karena saya yakin dan pasti akan bisa menghadapi segala sesuatunya dengan baik. Saya akan menjadi yang terakhir dalam sebuah perjuangan. Saya seorang pejuang, dan saya akan berjuang sampai akhir… I always gonna be the last one standing…(my_fandora, 2012)

Smith Magenis Syndrome


Smith Magenis Syndrome semacam kelainan yang dimiliki oleh seseorang yang tak mampu merasakan rasa sakit, setiap tubuhnya yang terluka atau pun tersakiti dia tidak pernah merasakan sedikit pun rasa sakit (sepertinya kelainan ky gini enak juga..hehehhe…). Sakit tak pernah dia rasakan, meskipun anggota tubuhnya teriris, tergores atau pun terbakar (kalau tergoreng, terkukus atau terpresto sakit gak ya???). Setiap manusia normal pada umumnya sering mengalami rasa sakit, rasa yang diakibatkan oleh anggota tubuhnya yang terluka, rasa sakit itu sendiri sebenarnya memiliki dua pengertian, yakni sakit secara artian konotasi atau sakit dalam artian denotasi (masih inget pelajaran bahasa Indonesia waktu SMP kan?). Sampai saat ini masih timbul tanda tanya besar dalam pikiran saya, seseorang yang mengalami Smith Magenis Syndrome apakah dia juga tak merasakan sakit secara konotasi?(sedikit mengingatkan saja buat yang nilai pejaran Bahasa Indonesianya dapat merah, konotasi itu kias, bukan arti sebenarnya). Apakah perasaannya juga tak mampu tersakiti?
Sepintas saya berpikir betapa enaknya ya seseorang yang memiliki kelainan Smith Magenis Syndrome¸ jika memang seseorang itu juga tak mampu tersakiti perasaannya, dia tidak perlu merasakan dampak dari sebuah perasaan sakit (emang demikian ya???). Perasaan sakit mengakibatkan banyak hal, sebuah permulaan dari berbagai perasaan negatif yang akan kita rasakan setelah itu. Perih, pedih, tidak nyaman, derita, lemah, sedih, takut, galau dan masih banyak lagi perasaan negatif yang akan timbul akibat dari sebuah perasaan sakit (beberapa perasaan yang biasanya sering dialami oleh beberapa jomblo ngenes…hehehe). Pikiran dangkal saya masih membayangkan bagaimana rasanya jika saya merupakan salah satu orang yang menderita kelainan Smith Magenis Syndrome, mungkin saya menjadi orang yang takkan pernah merasakan sakit hati…(saya menulis kalimat terakhir dengan mata 5 watt, jadi sedikit ngelantur…ckckckckckkkk…). Kalimat tadi anggaplah bukan saya sebenarnya yang menulis, tapi kebanyakan orang berpikiran seperti kalimat yang saya tulis dengan ngelantur tadi.
Kenyataan yang tidak sesuai dengan impian dan kenyataan akan menjadikan manusia normal pada umumnya merasakan perasaan sakit, yang ujung-ujungnya akan membawa banyak dampak perasaan negatif, perasaan-perasaan negatif akan membawa dampak negatif pula dalam kehidupan manusia itu sendiri. Jadi dapat dipastikan ketika perasaan sakit itu muncul dan kita membiarkannya masuk kedalam diri kita, maka jelas dan pasti akan membawa dampak yang besar dalam kehidupan kita (haduhhh…sampai disini nangkep kan maksudnya???). Oke…disederhanakan saja kalimatnya, ketika kita menginginkan sesuatu dan sesuatu itu tidak kita dapatkan, pada akhirnya kita merasa sakit, sedih dan galau, itu yang akan menjadikan hidup kita berantakan dan kacau kalau kita masih belum bisa menerima kenyataan tersebut.
Sebenarnya dalam hidup ini ada dua hal kejadian, yang pertama hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan yang kedua merupakan hal-hal yang di luar kendali kita. Untuk contoh pada umumnya sesuatu yang bisa kita kendalikan adalah ketika kita memilih tempat belajar dan memilih teman, dan sesuatu yang tak mampu kita kendalikan seperti bencana alam dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini saya takkan mengambil beberapa contoh tadi, tapi akan lebih memfokuskan pada hubungan antara manusia (kok udah mulai serius saja tulisan ini?slow mas bro…santai saja…). Bagaimana jika ada seseorang yang menyakiti hati kita? Termasuk suatu hal yang bisa kita kendalikan ataukah masuk kategori kedua, yaitu sesuatu yang tak mampu kita kendalikan. Sebenarnya ketika seseorang menyakiti kita bisa dimasukkan dalam semua kategori, tapi dengan berbagai contoh kasus yang berlainan (lho kan?tulisannya sudah duarius nih…dibilangin slow aja kok…). Kita bisa mengendalikannya ketika kita memang telah menjaga diri kita agar tidak tersakiti, ketika kita mengenal seseorang yang baru, atau pun kita sudah tau dia akan menyakiti kita, jadi kita bisa mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sebaliknya kita tak mampu mengendalikannya ketika ada seseorang yang sudah benar-benar kita percaya berkhianat dan menyakiti perasaan kita, ini sesuatu yang memang diluar kendali kita (tulisan ini sepertinya sudah menjurus subyektif deh…oke…kita netralisir lagi ya…kita obyektifkan kembali…hehehehe…). 
(setelah beristirahat kurang lebih dua abad, ehhh…dua hari saja kok…tulisan ini pun kembali dilanjutkan, berharap akan lebih obyektif lagi dalam penulisannya…heheheheh). Sebenarnya banyak hal yang diluar kendali kita, seperti sikap dan tindakan beberapa orang terhadap kita yang diluar ekspektasi kita. Kita tak mampu mengendalikan setiap perbuatan itu, meskipun terkadang kita sudah bisa memperkirakan hal tersebut, namun masih ada sesuatu yang mampu kita kendalikan. Reaksi kita dalam menyikapi sesuatu, itu hal terpenting yang mampu kita kendalikan. Aksi dan reaksi, setiap ada aksi pasti akan timbul reaksi sebagai suatu respon aksi tersebut (semua hal diciptakan berpasangan, aksi dan reaksi, Adam dan Hawa, kamu dan aku…perumpamaan yang gak jelas…heheheeee…). Semua aksi yang dilakukan orang terhadap kita terkadang membuat kita terluka dan kita tak mampu mengendalikan hal tersebut, namun reaksi terhadap hal tersebut dapat kita kendalikan, bentuk reaksi tersebut dapat kita pilih dalam bentuk apa dan sejauh mana.
Ketika tangan kita terluka karena teriris pisau (ini salah satu contoh yah…bisa memakai contoh yang lain…hehhehheee…), mungkin perasaan sakit memang langsung hadir, reaksi wajar karena tangan kita terluka mungkin bisa dalam bentuk berteriak, mengumpat atau pun menangis sekencang-kencangnya (bisa dalam bentuk reaksi lain lho???tinggal pilih saja…). Namun sebagai manusia kita memiliki sifat dan sikap yang berbeda-beda, mungkin banyak yang bereaksi normal dengan berteriak dan menangis, ada juga yang hanya terdiam menahan rasa sakitnya sambil mengumpat, ada juga yang malah tertawa dengan maksud berusaha menghilangkan rasa sakitnya. Reaksi orang berbeda-beda, padahal rasa sakit yang di deritanya sama. Mungkin karena sikap, sifat dan pendewasaan mereka berbeda-beda yang menjadikan mereka juga berbeda dalam menanggapi rasa sakit tersebut.
Orang yang memiliki kelainan Smith Magenis Syndrome  lebih cenderung tak berperasaan, dia akan dengan mudah memperlakukan orang lain di sekitarnya seperti dia memperlakukan dirinya sendiri, dia tidak akan pernah sadar telah menyakiti orang lain di sekitarnya. Tuhan menciptakan rasa sakit dengan suatu tujuan, bukan tanpa alasan Tuhan menciptakan rasa sakit. Sakit mengajarkan kita menghargai perasaan bahagia, sakit mengajarkan kita cara menghargai sesuatu, sakit mengajarkan kita cara untuk berhati-hati dalam bertindak, banyak lagi pelajaran yang diperoleh dari sebuah rasa sakit. Beruntunglah kamu yang bisa merasakan rasa sakit, justru rasa itulah yang mangajarkanmu banyak hal tentang kehidupan ini. (my_fandora, 2011)