Sabtu, 01 Agustus 2020

Bintang Satu Untuk Mas Menteri


Program Merdeka Belajar pada awalnya saya anggap akan sangat keren. Sebuah terobosan baru di dunia pendidikan, saya pikir akan membuat sebuah akselerasi besar dalam dunia pendidikan.

Mas Menteri Sukses dengan Start Up Gojeknya
Ekspektasi yang cukup tinggi untuk Mas Menteri. Sebuah program yang sangat berani menurut saya. Seperti yang diberitakan dimana-mana, program merdeka belajar ini diciptakan untuk menghasilkan siswa yang merdeka dalam berpikir.

Sangat luar biasa, mengingat berbeda pendapat di Indonesia masih menjadi hal tabu. Menjadi minoritas malah merasa diasingkan. Program ini malah memberikan sebuah ruang kepada para generasi bangsa untuk berbeda pemikiran.

Saya sangat menyambut positif program ini, mengingat saya sendiri selalu memiliki pendapat yang terkadang tidak sama dengan kebanyakan orang. Terkadang untuk berpikiran berbeda menjadikan kita asing diantara banyak pemikiran yang mainstream.

Sangat menyenangkan jika setiap pelajar atau mahasiswa di Indonesia menjadi berani mengungkapkan pendapat dan pemikirannya. Mencari solusi dan jalan terbaik bersama untuk memecahkan sebuah permasalahan. Saya merindukan perdebatan ilmiah yang luar biasa, beradu ide dan gagasan dengan berdasarkan sebuah kajian ilmiah.

Menurut Mas Menteri esensi kemerdekaan berpikir sendiri harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi nya. Saya sependapat dengan pernyataan ini. Memang penerjemahan proses ini perlu guru sebagai penggeraknya. Tanpa guru pasti tidak akan mungkin tercipta proses merdeka belajar.  Tapi bagaimana dengan kualitas guru mampu dalam menterjemahkan hal itu? Itu yang menjadi sebuah pekerjaan rumah untuk kita semua.

Dari dulu permasalahan dunia pendidikan memang sangat rumit, kualitas pendidikan yang memang masih belum bagus melahirkan Sumber Daya Manusia yang tidak mampu bersaing. Memang langkah yang luar biasa ketika Mas Menteri memutuskan untuk meningkatkan kualitas guru dalam menunjang kualitas pendidikan, namun langkah yang ditempuh sangat disayangkan. Sebelum mengetahui Program Organisasi Penggerak saya sangat antusias menanti langkah teknis Mas Menteri dalam meningkatkan kualitas guru.

POP ini seharusnya diikuti oleh organisasi yang sudah memiliki pengalaman merancang dan mengimplementasikan program bidang pendidikan. Organisasi yang mendaftar program POP ini mempunyai syarat harus bisa menunjukkan rekam jejak program yang pernah mencapai. Menurut saya ini program yang bagus, tapi kenapa ada organisasi yang mundur?

Program yang akan menghabiskan dana Rp. 595 Milyar selama dua tahun ini akan melibatkan 156 organisasi kemasyarakatan. Tapi kehebohan mulai ramai dibicarakan oleh masyarakat, apa sih sebenarnya yang terjadi? Kok bisa sampai kehebohan ini terjadi.

Tak ada asap kalau tidak ada api, pada permasalahan ini ternyata apinya berasal dari peserta yang lolos seleksi. 156 peserta yang lolos ternyata ada dua lembaga yang merupakan yayasan yang didirikan oleh perusahaan besar, yakni Sampoerna Foundation dan Tanoko Foundation. Dua lembaga ini memang didirikan untuk menyalurkan dana CSR dari perusahaan, tapi kok malah jadi peserta POP. Berarti dapat dana dari pemerintah dong?

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mundur dari kepesertaan POP. Hal ini diikuti oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) yang menyatakan mundur juga dalam program ini. Dua lembaga besar kemasyarakatan yang sangat konsen terhadap pendidikan di Indonesia mundur, membuat kehebohan malah semakin besar. Tapi tunggu dulu, tidak hanya itu, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang seharusnya menjadi bagian dari program ini juga ikutan mundur.  

Entah apa yang sedang terjadi, bukan kapasitas saya untuk mengkomentari proses perekrutan atau pun mekanisme seleksi yang ditetapkan oleh Mas Menteri. Dana yang diberikan sangat besar ini saya kira kurang tepat diberikan begitu saja untuk program penggerak yang hasilnya belum tentu maksimal dan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Seharusnya Mas Menteri paham akan hal ini, mengingat Mas Menteri adalah seorang pengusaha sukses lulusan kampus luar negeri.

Dana POP yang lebih dari setengah triliun rupiah ini saya rasa kurang tepat sasaran jika hanya seperti itu proses pelaksanaannya. Mengingat seorang Mas Menteri yang berhasil membuat start up teknologi yang mampu menjawab solusi pemasalahan transportasi. Dalam membuat start up seharusnya Mas Menteri paham betul namanya Business Model Canvas, untuk POP ini kita bisa ibaratkan Program Model Canvas saja. Setiap calon peserta POP dianggap sebagai start up baru, program dan paparannya harus jelas, dan proyeksi juga sejauh apa harus jelas.

Jika biasanya start up sering melakukan pitch desk untun memaparkan usahanya seperti apa dengan calon investor, para calon peserta POP pun bisa diperlakukan sama. Mereka menjelaskan dengan gamblang program mereka dalam meningkatkan kualitas guru seperti apa. Disini seleksinya bisa melibatkan banyak pihak, sehingga yang benar-benar lolos seleksi adalah organisasi yang sudah siap, sehingga dana yang dikucurkan tidak sia-sia.

Secara teknis saya masih belum memahami seperti apa kebijakan POP yang akan dilakukan Mas Menteri, gagasan out of the box yang saya nantikan dari Mas Menteri dalam memajukan pendidikan masih terkesan seperti program lama dari pengambil kebijakan sebelumnya. Kebijakan mengucurkan dana dengan tujuan untuk memajukan pendidikan saya pikir sudah ada sejak menteri-menteri sebelumnya, namun dalam hal ini sepertinya ada sedikit modifikasi bahasa.

Secara keseluruhan kebijakan Mas Menteri sampai sejauh ini masih belum memberikan dampak signifikan kepada dunia pendidikan, apalagi di tengah ujian pandemi saat ini. Pembelajaran Jarak Jauh pun masih menimbulkan banyak polemik, kebijakan ini dibuat seakan tanpa ada evaluasi dan menganalisa permasalahan yang terjadi di lapangan.

Saat naik ojek online kita bisa memberikan penilaian berupa bintang kepada driver untuk menunjukkan kepuasan, apakah dengan kinerja Mas Menteri seperti sekarang harus diberikan bintang satu? Ekspektasi cukup besar kepada Mas Menteri, semoga dengan pemikiran yang luar biasa mampu memberikan perbedaan untuk dunia pendidikan di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar