Program Merdeka Belajar pada
awalnya saya anggap akan sangat keren. Sebuah terobosan baru di dunia
pendidikan, saya pikir akan membuat sebuah akselerasi besar dalam dunia
pendidikan.
Mas Menteri Sukses dengan Start Up Gojeknya |
Ekspektasi yang cukup tinggi
untuk Mas Menteri. Sebuah program yang sangat berani menurut saya. Seperti yang
diberitakan dimana-mana, program merdeka belajar ini diciptakan untuk
menghasilkan siswa yang merdeka dalam berpikir.
Sangat luar biasa, mengingat
berbeda pendapat di Indonesia masih menjadi hal tabu. Menjadi minoritas malah
merasa diasingkan. Program ini malah memberikan sebuah ruang kepada para
generasi bangsa untuk berbeda pemikiran.
Saya sangat menyambut positif
program ini, mengingat saya sendiri selalu memiliki pendapat yang terkadang
tidak sama dengan kebanyakan orang. Terkadang untuk berpikiran berbeda
menjadikan kita asing diantara banyak pemikiran yang mainstream.
Sangat menyenangkan jika setiap
pelajar atau mahasiswa di Indonesia menjadi berani mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya. Mencari solusi dan jalan terbaik bersama untuk memecahkan sebuah
permasalahan. Saya merindukan perdebatan ilmiah yang luar biasa, beradu ide dan
gagasan dengan berdasarkan sebuah kajian ilmiah.
Menurut Mas Menteri esensi
kemerdekaan berpikir sendiri harus didahului oleh para guru sebelum mereka
mengajarkannya pada siswa-siswi nya. Saya sependapat dengan pernyataan ini.
Memang penerjemahan proses ini perlu guru sebagai penggeraknya. Tanpa guru
pasti tidak akan mungkin tercipta proses merdeka belajar. Tapi bagaimana dengan kualitas guru mampu
dalam menterjemahkan hal itu? Itu yang menjadi sebuah pekerjaan rumah untuk
kita semua.
Dari dulu permasalahan dunia
pendidikan memang sangat rumit, kualitas pendidikan yang memang masih belum
bagus melahirkan Sumber Daya Manusia yang tidak mampu bersaing. Memang langkah
yang luar biasa ketika Mas Menteri memutuskan untuk meningkatkan kualitas guru
dalam menunjang kualitas pendidikan, namun langkah yang ditempuh sangat
disayangkan. Sebelum mengetahui Program Organisasi Penggerak saya sangat
antusias menanti langkah teknis Mas Menteri dalam meningkatkan kualitas guru.
POP ini seharusnya diikuti oleh
organisasi yang sudah memiliki pengalaman merancang dan mengimplementasikan
program bidang pendidikan. Organisasi yang mendaftar program POP ini mempunyai
syarat harus bisa menunjukkan rekam jejak program yang pernah mencapai. Menurut
saya ini program yang bagus, tapi kenapa ada organisasi yang mundur?
Program yang akan menghabiskan
dana Rp. 595 Milyar selama dua tahun ini akan melibatkan 156 organisasi
kemasyarakatan. Tapi kehebohan mulai ramai dibicarakan oleh masyarakat, apa sih
sebenarnya yang terjadi? Kok bisa sampai kehebohan ini terjadi.
Tak ada asap kalau tidak ada api,
pada permasalahan ini ternyata apinya berasal dari peserta yang lolos seleksi. 156
peserta yang lolos ternyata ada dua lembaga yang merupakan yayasan yang
didirikan oleh perusahaan besar, yakni Sampoerna Foundation dan Tanoko Foundation.
Dua lembaga ini memang didirikan untuk menyalurkan dana CSR dari perusahaan,
tapi kok malah jadi peserta POP. Berarti dapat dana dari pemerintah dong?
Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mundur dari kepesertaan
POP. Hal ini diikuti oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP
Ma’arif NU) yang menyatakan mundur juga dalam program ini. Dua lembaga besar
kemasyarakatan yang sangat konsen terhadap pendidikan di Indonesia mundur,
membuat kehebohan malah semakin besar. Tapi tunggu dulu, tidak hanya itu,
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang seharusnya menjadi bagian dari
program ini juga ikutan mundur.
Entah apa yang sedang terjadi, bukan
kapasitas saya untuk mengkomentari proses perekrutan atau pun mekanisme seleksi
yang ditetapkan oleh Mas Menteri. Dana yang diberikan sangat besar ini saya
kira kurang tepat diberikan begitu saja untuk program penggerak yang hasilnya
belum tentu maksimal dan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Seharusnya Mas
Menteri paham akan hal ini, mengingat Mas Menteri adalah seorang pengusaha
sukses lulusan kampus luar negeri.
Dana POP yang lebih dari setengah
triliun rupiah ini saya rasa kurang tepat sasaran jika hanya seperti itu proses
pelaksanaannya. Mengingat seorang Mas Menteri yang berhasil membuat start up
teknologi yang mampu menjawab solusi pemasalahan transportasi. Dalam membuat
start up seharusnya Mas Menteri paham betul namanya Business Model Canvas,
untuk POP ini kita bisa ibaratkan Program Model Canvas saja. Setiap calon
peserta POP dianggap sebagai start up baru, program dan paparannya harus jelas,
dan proyeksi juga sejauh apa harus jelas.
Jika biasanya start up sering
melakukan pitch desk untun memaparkan usahanya seperti apa dengan calon
investor, para calon peserta POP pun bisa diperlakukan sama. Mereka menjelaskan
dengan gamblang program mereka dalam meningkatkan kualitas guru seperti apa.
Disini seleksinya bisa melibatkan banyak pihak, sehingga yang benar-benar lolos
seleksi adalah organisasi yang sudah siap, sehingga dana yang dikucurkan tidak
sia-sia.
Secara teknis saya masih belum
memahami seperti apa kebijakan POP yang akan dilakukan Mas Menteri, gagasan out
of the box yang saya nantikan dari Mas Menteri dalam memajukan pendidikan masih
terkesan seperti program lama dari pengambil kebijakan sebelumnya. Kebijakan
mengucurkan dana dengan tujuan untuk memajukan pendidikan saya pikir sudah ada
sejak menteri-menteri sebelumnya, namun dalam hal ini sepertinya ada sedikit
modifikasi bahasa.
Secara keseluruhan kebijakan Mas
Menteri sampai sejauh ini masih belum memberikan dampak signifikan kepada dunia
pendidikan, apalagi di tengah ujian pandemi saat ini. Pembelajaran Jarak Jauh
pun masih menimbulkan banyak polemik, kebijakan ini dibuat seakan tanpa ada
evaluasi dan menganalisa permasalahan yang terjadi di lapangan.
Saat naik ojek online kita bisa
memberikan penilaian berupa bintang kepada driver untuk menunjukkan kepuasan, apakah
dengan kinerja Mas Menteri seperti sekarang harus diberikan bintang satu? Ekspektasi
cukup besar kepada Mas Menteri, semoga dengan pemikiran yang luar biasa mampu
memberikan perbedaan untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar