Jumat, 31 Juli 2020

Berkorban Demi Bertahan


Selamat Hari Raya Idul Adha 1441 H. Semoga esensi dari hari raya ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Semoga kita mampu dan sanggup untuk bertahan di era pandemi yang serba tidak tentu ini. 

Siapkan Hewan Kurban, Jangan Korbankan yang lain
Belajar dari Idul adha dan sejarahnya tak lepas belajar bagaimana bersabarnya Nabi Ibrahim AS, begitu sabarnya beliau dengan berbagai ujiannya. Pengorbanannya pun sangat luar biasa, penuh perjuangan dan banyak pengorbanan.

Hari raya kali ini mungkin akan lebih sedikit orang berkurban kambing atau sapi, namun tidak sedikit orang yang berkorban lainnya. Apa itu lainnya? Banyak hal yang bisa kita telisik lebih dalam untuk hal berkorban, apalagi di era sulit saat ini. Semua orang berkorban untuk bertahan hidup saat ini, melewati masa sulit yang entah sampai kapan akan berakhir. Yang pasti tak hanya berkorban perasaan, namun banyak hal lainnya pada masa sekarang dengan sangat terpaksa harus dikorbankan.

Ada obrolan lucu  saya dengan salah satu teman sekitar seminggu kemarin, obrolan yang cenderung lebih mengarah ke guyonan, cerita mengenai perusahaan tempat teman saya bekerja. Teman saya cerita bahwa pada tahun lalu perusahaannya kurban 2 ekor sapi dan 5 ekor kambing. Tapi pada tahun ini perusahaannya sama sekali tidak menyinggung hewan kurban yang akan disembelih pada hari raya Idul Adha tahun ini. Entah memang jumlahnya dikurbankan atau akan mengkurbankan sesuatu yang lain.

Pada saat itu saya menganggapnya sebagai sebuah guyonan, tapi ternyata guyonannya tidak semudah itu. Menelisik pada keadaan ekonomi yang semakin tidak jelas ini membuat saya berpikir lebih dalam lagi. Apa yang akan terjadi di bulan Agustus atau September mendatang? Indonesia memang kemungkinan besar tak mampu lolos dari jurang resesi, mengingat perekonomian masih belum bisa bangkit. Dana stimuli adalah satu-satunya jalan bagi pemerintah untuk menyelamatkan kapal besar ini dari resesi. Tapi apakah waktu dua bulan ini mampu memperbaiki keadaan? Saya rasa akan sangat sulit sekali untuk upaya penyelamatan ini.

Perusahaan teman saya bekerja mungkin bukan satu-satunya perusahaan yang tidak menyembelih hewan kurban pada tahun ini, mungkin mereka akan menyembelih korban yang lain. Ini yang masih menjadi tanda tanya besar. Kurban atau korban?

Banyak perusahaan yang diam-diam sudah melakukan langkah strategis, mereka akan berkorban banyak hal untuk tetap bertahan di era pandemi seperti ini. Sejak pandemi pada awal Maret tahun ini, sudah terlihat beberapa perusahaan mengalami dampak, memang pada mulanya dampak tidak signifikan, namun sejak diberlakukannya PSBB di berbagai daerah dampak itu mulai terasa lebih nyata.

Perusahaan-perusahaan memang memiliki kemampuan berbeda-beda dalam bertahan di era krisis, terutama dalam kemampuan finansial. Perusahaan kecil atau besar tidak jaminan kuat secara finansial, perusahaan yang terlihat besar pun kadang kemampuan bertahan secara finansialnya sangat lemah, begitu juga sebaliknya. Perusahaan kecil belum tentu tak mampu bertahan, mereka justru mudah bertahan di era sekarang ini.

Rapat-rapat dan diskusi internal perusahaan mungkin sudah dilakukan selama beberapa bulan terakhir, proyeksi bisnis sudah mulai digambarkan. Langkah strategis harus segera ditempuh sebagai upaya penyelamatan. Menyelamatkan pendapatan perusahaan adalah hal yang paling utama yang harus dilakukan, perusahaan harus mampu membiayai operasional nya yang sangat besar. Memang ini menjadi langkah paling susah untuk dilakukan, ada langkah yang paling mudah dilakukan, namun langkah ini paling dibenci juga.

Langkah paling mudah dalam bertahan adalah melakukan efisiensi, dan itu mungkin akan menjadi jalan yang paling utama untuk ditempuh. Dalam rangka efisiensi perusahaan pasti akan mempertimbangkan pengurangan biaya yang paling besar dalam yang dikeluarkan oleh perusahaan, dalam hal ini biasanya adalah gaji pegawai. Hal ini yang menjadi sorotan pertama dalam melakukan efisiensi. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan pengurangan gaji atau paling ekstrem lagi adalah pengurangan karyawan.

Sekitar satu atau dua bulan kedepan kita akan sering mendengar sebuah berita tidak menyenangkan, entah itu cerita dari keluarga atau kawan, bahkan berita di televisi. Berita tidak menyenangkan itu tentang perusahaan yang melakukan efisiensi dengan mengurangi gaji karyawan atau bahkan mengurangi jumlah karyawan itu sendiri. Berita ini akan lebih sering kita dengar dalam jangka waktu dua bulan kedepan.

Saya berharapnya sih tidak mendengar berita tidak menyenangkan itu, tapi dengan kondisi seperti sekarang, masih belum ada perubahan yang cukup signifikan untuk menyelamatkan hal itu. Saya pikir satu atau dua bulan kedepan keadaan masih tetap sama. Semoga para perusahaan berkurbannya pada bulan ini saja, jangan sampai korbannya akan disembelih pada bulan depan atau dua bulan kedepan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar