Selasa, 28 Desember 2010

Hati-hati dengan (Hati)

"That's why God placed our brain on the top, to use it first before our heart.."

Ada seorang cewek mengatakan pepatah diatas kepada saya, sebenarnya waktu itu saya tidak setuju dengan pernyataan diatas, dengan berbagai alasan yang ada saya mengatakan bahwa saya tidak setuju dan tidak pernah akan pernah setuju dengan pernyataan diatas. Sebenarnya apa sih arti pernyataan diatas? Katanya Mbah Google translate seh artinya "Itu sebabnya Tuhan menempatkan otak kita di atas, untuk menggunakannya terlebih dahulu sebelum hati kita ..". Itu kata Mbah Google translate, tapi sekarang siapa yang tahu maknanya? Siapa yang bisa mendeskripsikan pernyataan diatas?

Saya menangkap arti dari kalimat diatas adalah bahwa kita meski menggunakan otak kita untuk berpikir dalam menghadapi masalah, daripada menggunakan hati kita. Jadi kita mesti mempertimbangkan sebab dan akibat jika kita akan mengambil suatu keputusan dalam menyelesaikan masalah, kita meski mengenyampingkan keinginan “hati” kita. What? Hati? Keinginan “hati”? Apa itu hati? Dimana letaknya hati? Semua orang berbicara hati dan hati, tanpa tahu yang dimaksud hati itu apa?

Hati bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris artinya heart, yang punya arti in English, heart means pumplike organ of blood circulation, composed mainly of rhythmically contractile smooth muscle, located in the chest between the lungs and slightly to the left and consisting of four chambers… Kalau diartikan lagi dalam bahasa Indonesia deskripsi tersebut lebih cocok untuk mendeskripsikan jantung, bukanlah hati. Hati dalam bahasa Inggris sendiri sering juga disebut liver. Terus apa sebenarnya hati itu? Dan apa beda hati dengan jantung? Oh My God…Saya jadi semakin takut saja dalam menulis artikel ini, saya takut salah mengartikan arti hati sebenarnya. Bahkan pertanyaan seorang teman membuat saya menjadi lebih bingung lagi, seorang teman bertanya pada saya “Sebenarnya perasaan kita itu ada di dalam hati, jantung ataukah dalam otak (pikiran)?”

Kita liat lagi terjemahan ganda dari kata heart yang sebenarnya menjadi kontroversi karena salah kaprah. Dalam bahasa arab hati disebut sebagai Qolbu, pada sebuah hadist bercerita, Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah QALBU”. Berarti disini Rasulullah SAW berbicara tentang organ yang dimiliki manusia, dimana organ itu akan berpengaruh besar pada tubuh manusia. Jika hal ini yang dimaksud jantung, sudah jelas dan pasti bahwa jantung mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Bagaimana dengan hati (organ manusia)? Hati mempunyai fungsi yang vital juga sebagai organ manusia, tapi jika hati (organ) kita rusak kita masih bisa menggantikan dengan hati orang lain. Bagaimana kalau seandainya jantung kita yang rusak? Masihkah kita bisa mengganti dengan jantung yang lain?

Sebenarnya terjemahan heart selama ini yang orang kira adalah hati merupakan hal yang salah kaprah, heart disini seharusnya diterjemahkan sebagai jantung yang mempunyai fungsi vital dalam kehidupan manusia. Begitu juga dengan arti hati secara abstrak, dalam hadist: “Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah). Qolbu disini lebih dikenal secara abstrak, yang sifatnya tanpa ada sebuah wujud yang nyata. Hati yang dimaksud disini lebih dalam artinya inti dari sebuah jiwa, yang lebih kedalam arti hati nurani manusia. Terus bagaimana kita membedakan kata dari sebuah hati nurani dan dari pikiran kita? Sebuah perasaan yang dikatakan dari hati nurani lebih bersifat mendasar, sebuah perasaan yang jujur terungkap tanpa kita sadari, berbeda dengan sebuah perasaan yang datang dari sebuah pikiran, perasaan yang datang dari sebuah pikiran datang dengan kesadaran penuh dalam diri kita, biasanya cenderung hadir setelah perasaan dari dalam hati nurani. Semua perasaan yang hadir dalam diri kita yang berasal dari dalam hati nurani maupun pikiran kita adalah baik untuk kita, terkadang perasaan yang datang dari hati nurani memerlukan bantuan perasaan dari sebuah pikiran dalam mempertimbangkan keputusan yang terbaik, begitu juga ketika perasaan dari pikiran muncul dengan berbagai alternative pilihan yang sangat sulit dalam memutuskan memerlukan bantuan perasaan dari hati nurani untuk memutuskan.

Dahulu saya sempat bertanya pada seorang teman, seorang teman yang sama-sama menjadi pejuang ikhlas, “Manakah yang lebih baik perasaan dari hati nurani ataukah perasaan dari dalam pikiran kita?”. Teman saya menjawab dengan senyuman diwajahnya, “Yang baik adalah jika perasaan hati nurani dan pikiranmu menunjukkan suatu hal yang sama”, saya masih kurang puas dengan jawaban itu, kemudian saya kembali bertanya, “Terus bagaimana jika perasaan yang datang dari hati nurani dan pikiran tidak pernah sama?”, teman saya kembali tersenyum kepada saya, “Biarkanlah perasaan itu sampai mereka menyetujui suatu hal yang sama”, mendengar jawaban seperti itu sebenarnya saya masih bingung, saya masih bertanya-tanya tentang banyak hal. Tapi sekarang saya mulai menemukan arti dari jawaban tersebut, saya sudah bisa memahami maksud dari jawaban teman saya. Sebenarnya ketika perasaan yang datang dari hati nurani dan pikiran kita tidak sama kita tinggal mendiamkannya sejenak, kita berdoa dan pasrahkan semua kepada Allah SWT, kita perlu meminta bantuan kepada Tuhan kita Yang Maha Besar, sesungguhnya Allah Maha Pemberi Pertolongan, Allah SWT juga Maha Pengabul Doa. Jadi apapun yang merisaukan hatimu dan pikiranmu sebenarnya suatu hal yang wajar, ketika kamu mendapatkan suatu permasalahan itu suatu hal yang sangat biasa dalam kehidupan. Sebesar apapun masalahmu, kamu masih punya Tuhan Yang Maha Besar, jadi mintalah tolong padaNya. (my fandora, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar