Minggu, 26 Juli 2020

Giants Must Learn How to Dance


Menarik sekali ketika pada hari Sabtu tanggal 25 Juli 2020, saya mendapat kesempatan untuk menjadi moderator webinar yang dilaksanakan oleh Airlangga Business Community (ABC). Untuk narasumbernya teryata orang hebat. Theo Lekatompessy adalah alumni Unair yang sepak terjangnya sudah tidak diragukan lagi, saat ini beliau menjabat sebagai Komisaris Independent di empat perusahaan berbeda, selain itu banyak jabatan lainnya yang tidak kalah penting diemban beliau.

Tema webinar yang diangkat mengenai Manajemen Keuangan Perusahaan, Untuk Bangkit dari Krisis. Saya pikir seminarnya akan berjalan serius dengan pembahasan kearah Indonesia menuju resesi, atau seminar yang berkaitan dengan istilah-istilah teknis di bidang keuangan yang kemungkinan saya tidak memahami hal tersebut. Tapi sungguh mengejutkan, webinar berjalan menarik dan interaktif.

Pak Theo yang tanpa slide presentasi justru lebih banyak bercerita tentang gambaran dunia usaha saat ini. Bagaimana perkembangan dunia usaha yang terjadi pada saat krisis sudah menggerogoti perkembangannya. Ada kalimat menarik dari Pak Theo diawal pembuka webinar, tentang diskusi dengan rekannya. Topik diskusi itu berkenaan dengan keadaan sekarang, Interupsi atau Diskontinuasi.

Perumpamaan Pak Theo pun memberikan gambaran lain pada kondisi saat ini. Pada awalnya saya mengira pandemi ini tidak akan berdampak cukup luas seperti ini. Namun selain dampaknya luas, dampaknya pun melebar kemana-mana. Semula yang hanya menjadi permasalahan kesehatan, sekarang malah menjadi sebuah ancaman ekonomi.

Sejak Maret kejadian pandemi ini sudah melanda Indonesia, sudah empat bulan lamanya permasalahan kesehatan ini membuat pusing seluruh orang di dunia. Ekonomi mulai goyah, Singapura dan Korea Selatan sudah menyatakan resesi. Indonesia masih belum, masih ada upaya penyelamatan yang bisa dilakukan.

Mungkin Interupsi adalah kata yang tepat digunakan untuk menggambarkan persepsi orang-orang hari ini. Bisnis yang jalannya melambat, menjadi banyak perusahaan tahan nafas dan melakukan efisiensi. Harapan masih dijunjung tinggi oleh para pebisnis pada hari ini, mereka berharap semuanya akan kembali normal dan bisnis kembali seperti sedia kala.

Saya pun sama berpikir demikian, memang hal ini akan menjadi sementara sifatnya, namun sampai kapan? Pada webinar tersebut Pak Theo menggambarkan ketika bisnis sudah masuh discontinuasi, ini yang tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Mungkin banyak orang yang tidak memikirkannya juga, mereka lupa menganalisis kejadian ini pada bisnisnya masing-masing.

Discontinuasi pada bisnis bisa berakibat fatal jika kita tidak menyadari hal tersebut, sama halnya ketika kita tidak mengetahui kapal kita bocor, dan air mulai memasuki kapal, kita tidak tahu kapal kita bocor, tiba-tiba kapal kita tenggelam saja. Fase discontinuasi pada bisnis mungkin untuk sebagian orang akan dihiraukan, mereka menganggap semuanya akan baik-baik saja, tanpa melakukan analisa dan sebuah langkah strategis.

Mungkin kapal kita berbeda dalam hal ini, banyak kapal besar untuk menggambarkan sebuah bisnis besar, ada juga kapal-kapal kecil untuk menggambarkan sebuah bisnis kecil. Di era pandemi ini seberapa kapalnya tidak jaminan untuk tetap berlayar. Ada kalimat menarik yang tersebar di sosial media, “mungkin kita berada kapal yang berbeda, ada kapal yang besar, ada kapal yang kecil, tapi kita berada pada sebuah badai yang sama”.

Kapal kecil mungkin lebih mudah melakukan manuver dalam keadaan badai seperti ini, namun berbeda dengan kapal besar. Mereka mungkin akan kesulitan dalam melakukan sebuah manuver. Selain jumlah muatannya banyak, kapal besar tak serta merta dapat mengubah arah tujuan dengan mudah.

Kapal  kecil biasanya dinahkodai oleh seorang yang sekaligus pemilik kapal, berbeda dengan kapal besar, nahkoda dan pemilik kapal adalah orang yag berbeda. Ketika kapal kecil melakukan manuver, merak tanpa birokrasi yang panjang dan tanpa pertimbangan yang lama langsung melakukan manuver tersebut dengan lincahnya. Kapal besar? Mungkin Sang Nahkoda sudah bisa memprediksi sebesar apa badai yang dihadapi, ketika dia akan melakukan manuver banyak proses dan prosedural yang harus dijalankan.

Banyak yang berpikiran bahwa sebuah kapal besar akan aman dalam melewati badai, namun mereka lupa bahwa kapal besar memiliki muatan yang besar pula, banyak penumpang juga di dalamnya. Ini yang dimaksud Pak Theo pada webinar lalu, kalimat beliau tentang “Giants Must Learn How to Dance” adalah sebuah pukulan keras buat para pebisnis yang memiliki kapal besar.

Mengajarkan raksasa untuk belajar berdansa akan menjadi sebuah kesulitan tersendiri, menimbulkan keinginan mereka belajar berdansa pun mungkin hal yang mustahil. Belum lagi belajarnya, terus bisa berdansanya kapan? Sebelum mereka berdansa mungkin mereka sudah tumbang. Apalagi untuk raksasa yang memiliki badan yang besar, berdansa pun gerakannya tidak akan cepat lincah. Perlu proses, perlu waktu dan perlu banyak pengorbanan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar