Menarik sekali ketika pada hari
Sabtu tanggal 25 Juli 2020, saya mendapat kesempatan untuk menjadi moderator
webinar yang dilaksanakan oleh Airlangga Business Community (ABC). Untuk
narasumbernya teryata orang hebat. Theo Lekatompessy adalah alumni Unair yang
sepak terjangnya sudah tidak diragukan lagi, saat ini beliau menjabat sebagai
Komisaris Independent di empat perusahaan berbeda, selain itu banyak jabatan
lainnya yang tidak kalah penting diemban beliau.
Tema webinar yang diangkat
mengenai Manajemen Keuangan Perusahaan, Untuk Bangkit dari Krisis. Saya pikir
seminarnya akan berjalan serius dengan pembahasan kearah Indonesia menuju
resesi, atau seminar yang berkaitan dengan istilah-istilah teknis di bidang
keuangan yang kemungkinan saya tidak memahami hal tersebut. Tapi sungguh
mengejutkan, webinar berjalan menarik dan interaktif.
Pak Theo yang tanpa slide
presentasi justru lebih banyak bercerita tentang gambaran dunia usaha saat ini.
Bagaimana perkembangan dunia usaha yang terjadi pada saat krisis sudah
menggerogoti perkembangannya. Ada kalimat menarik dari Pak Theo diawal pembuka
webinar, tentang diskusi dengan rekannya. Topik diskusi itu berkenaan dengan
keadaan sekarang, Interupsi atau Diskontinuasi.
Perumpamaan Pak Theo pun
memberikan gambaran lain
pada kondisi saat ini. Pada awalnya saya mengira pandemi ini tidak akan
berdampak cukup luas seperti ini. Namun selain dampaknya luas, dampaknya pun
melebar kemana-mana. Semula yang hanya menjadi permasalahan kesehatan, sekarang
malah menjadi sebuah ancaman ekonomi.
Sejak Maret kejadian pandemi ini
sudah melanda Indonesia, sudah empat bulan lamanya permasalahan kesehatan ini
membuat pusing seluruh orang di dunia. Ekonomi mulai goyah, Singapura dan Korea
Selatan sudah menyatakan resesi. Indonesia masih belum, masih ada upaya
penyelamatan yang bisa dilakukan.
Mungkin Interupsi adalah kata
yang tepat digunakan untuk menggambarkan persepsi orang-orang hari ini. Bisnis
yang jalannya melambat, menjadi banyak perusahaan tahan nafas dan melakukan
efisiensi. Harapan masih dijunjung tinggi oleh para pebisnis pada hari ini,
mereka berharap semuanya akan kembali normal dan bisnis kembali seperti sedia
kala.
Saya pun sama berpikir demikian,
memang hal ini akan menjadi sementara sifatnya, namun sampai kapan? Pada
webinar tersebut Pak Theo menggambarkan ketika bisnis sudah masuh discontinuasi,
ini yang tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Mungkin banyak orang yang
tidak memikirkannya juga, mereka lupa menganalisis kejadian ini pada bisnisnya
masing-masing.
Discontinuasi pada bisnis bisa
berakibat fatal jika kita tidak menyadari hal tersebut, sama halnya ketika kita
tidak mengetahui kapal kita bocor, dan air mulai memasuki kapal, kita tidak tahu
kapal kita bocor, tiba-tiba kapal kita tenggelam saja. Fase discontinuasi pada
bisnis mungkin untuk sebagian orang akan dihiraukan, mereka menganggap semuanya
akan baik-baik saja, tanpa melakukan analisa dan sebuah langkah strategis.
Mungkin kapal kita berbeda dalam
hal ini, banyak kapal besar untuk menggambarkan sebuah bisnis besar, ada juga
kapal-kapal kecil untuk menggambarkan sebuah bisnis kecil. Di era pandemi ini
seberapa kapalnya tidak jaminan untuk tetap berlayar. Ada kalimat menarik yang
tersebar di sosial media, “mungkin kita berada kapal yang berbeda, ada kapal
yang besar, ada kapal yang kecil, tapi kita berada pada sebuah badai yang sama”.
Kapal kecil mungkin lebih mudah
melakukan manuver dalam keadaan badai seperti ini, namun berbeda dengan kapal
besar. Mereka mungkin akan kesulitan dalam melakukan sebuah manuver. Selain jumlah
muatannya banyak, kapal besar tak serta merta dapat mengubah arah tujuan dengan
mudah.
Kapal kecil biasanya dinahkodai oleh seorang yang
sekaligus pemilik kapal, berbeda dengan kapal besar, nahkoda dan pemilik kapal
adalah orang yag berbeda. Ketika kapal kecil melakukan manuver, merak tanpa
birokrasi yang panjang dan tanpa pertimbangan yang lama langsung melakukan
manuver tersebut dengan lincahnya. Kapal besar? Mungkin Sang Nahkoda sudah bisa
memprediksi sebesar apa badai yang dihadapi, ketika dia akan melakukan manuver
banyak proses dan prosedural yang harus dijalankan.
Banyak yang berpikiran bahwa
sebuah kapal besar akan aman dalam melewati badai, namun mereka lupa bahwa
kapal besar memiliki muatan yang besar pula, banyak penumpang juga di dalamnya.
Ini yang dimaksud Pak Theo pada webinar lalu, kalimat beliau tentang “Giants
Must Learn How to Dance” adalah sebuah pukulan keras buat para pebisnis yang
memiliki kapal besar.
Mengajarkan raksasa untuk belajar
berdansa akan menjadi sebuah kesulitan tersendiri, menimbulkan keinginan mereka
belajar berdansa pun mungkin hal yang mustahil. Belum lagi belajarnya, terus
bisa berdansanya kapan? Sebelum mereka berdansa mungkin mereka sudah tumbang.
Apalagi untuk raksasa yang memiliki badan yang besar, berdansa pun gerakannya
tidak akan cepat lincah. Perlu proses, perlu waktu dan perlu banyak
pengorbanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar